Hitstat

20 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 4 Kamis

Menderita Ketidakadilan
Kejadian 31:41
“Selama dua puluh tahun ini aku di rumahmu; aku telah bekerja padamu empat belas tahun lamanya untuk mendapat kedua anakmu dan enam tahun untuk mendapat ternakmu, dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku.”

Dalam hal memberi upah kepada Yakub, Laban telah mengubahnya sepuluh kali. Ini berarti Laban tidak konsisten dalam perkataannya, tidak menepati janji mengenai besarnya upah yang seharusnya diterima oleh Yakub. Penuturan Yakub ini pasti benar, karena Laban tidak menyangkalnya. Selama dua puluh tahun bekerja di rumah Laban, Yakub telah diperlakukan dengan tidak adil, khususnya berkenaan dengan upah kerjanya. Ia telah bekerja dengan sangat baik, tetapi Laban tidak mengupahnya dengan baik. Diperlakukan dengan tidak adil merupakan sebuah penderitaan.
Di satu pihak, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang penuh kenikmatan. Tetapi kita semua juga setuju bahwa di pihak lain, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang penuh penderitaan. Adakah orang Kristen yang dapat mengatakan bahwa dia tidak pernah mengalami penderitaan? Pemazmur mengatakan, “Bahwa aku tertindas (menderita) itu baik bagiku” (Mzm. 119:71). Adakalanya Allah menyuruh kita menderita, mengalami penderitaan, itu supaya kita mendapat faedah. Setelah menikah, Madame Guyon diremehkan, dihina, dan diperlakukan dengan buruk di rumah suaminya. Mertuanya selalu mencari-cari kesalahannya, supaya ia dipermalukan dan menjadikan dia seperti pembantu yang rendah. Tetapi ia dengan sukacita menyadari bahwa penderitaan yang tidak beralasan itu telah menjaganya agar tidak menjadi orang yang congkak. Kita tidak seharusnya takut akan penderitaan. Kita tidak seharusnya mendambakan jalan yang datar. Hari-hari yang menderita bisa membuat kita bersinar.

Faedah Penderitaan
Ul. 33:14; 4:30; Kej. 47:9; Mzm. 73:26; 119:71; Kis. 16:22-23

Matangnya buah memerlukan sinar dan panas matahari. “Dengan (buah) yang terbaik dari yang dihasilkan matahari” (Ul. 33:14). Kematangan dan kedewasaan hayat memerlukan penderitaan. Dalam Perjanjian Lama, Yakublah yang banyak menderita dalam seumur hidupnya. la pernah berkata, “Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk (menderita) adanya” (Kej. 47:9). Ketika Yakub sudah tua dan datang ke Mesir, hayatnya sudah dewasa dan matang. Dua Korintus 4:16 memberitahu kita, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Penderitaan membuat manusia lahiriah kita merosot, namun membuat manusia batiniah kita diperbarui dari sehari ke sehari; menjadi dewasa dan matang. Seperti yang tercantum dalam Mazmur 73:26 — “Sekalipun hatiku dan dagingku habis lenyap, tetapi Allah adalah kekuatan dalam hatiku, juga bagian berkatku, sampai selama-lamanya” (TL.).
Kenyamanan dan kelancaran mudah membuat orang kendor; penderitaan membuat orang bersandar erat kepada Allah. ‘Apabila engkau dalam keadaan terdesak dan segala hal ini menimpa engkau di kemudian hari, maka engkau akan kembali kepada TUHAN, AllahMu, ...” (Ul. 4:30). Dalam sebuah kidung karangannya, J.N. Darby menulis: “Walau orang menindasku, membuatku menderita, itu hanya mendorongku ke hadirat-Mu. Semakin tertekan derita dunia, semakin manis damai sorga. Tiada duka dapat menyerang, bila wajah mulia-Mu kupandang”
Ketika Madame Guyon dipenjarakan di Venas, ia melewati hari-hari dengan sangat damai sejahtera. la menyanyikan kidung sukacita, semua pelayan wanita di penjara yang melayani dia sampai hafal kidung-kidung tersebut. Dan adakalanya mereka malah menyanyi bersama. Batu-batu penjara baginya seolah batu-batu permata yang jauh lebih berharga daripada kemuliaan di dunia. Hatinya penuh dengan semacam sukacita, yakni sukacita yang Allah berikan kepada orang-orang yang mengasihi-Nya pada saat mereka menderita. Demikian juga yang dialami Paulus dan Silas ketika mereka ditahan dalam penjara di Filipi. Mereka bisa berdoa, berkidung dan memuji Tuhan (Kis. 16:22-23). Mereka sungguh telah mengalami kuasa kebangkitan Kristus melalui penderitaan. Terakhir, melalui penderitaan barulah firman Allah menjadi pengalaman kita. Jika tidak, firman itu hanya merupakan pengetahuan dan doktrin belaka. Pemazmur berkata, “Bahwa aku tertindas (menderita), itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mzm. 119:71).

Penerapan:
Ketaatan dapat dipelajari dengan baik melalui penderitaan. Taat kepada Allah di bibir saja tidak ada nilainya; belajar taat dalam penderitaan baru bisa tidak menggerutu, tidak membela diri, tidak melawan, tidak beralasan, dan tidak melarikan diri, inilah yang bernilai. Sering kali Allah memukul kita dengan kayu penderitaan, agar kita taat, menempuh jalan yang benar.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, bila dalam kenyamananku aku telah lalai bersandar pada-Mu, ampunilah aku. Kini walau ada kesulitan, biarlah itu mendatangkan faedah bagiku, agar aku makin diserupakan dengan gambar-Mu.

No comments: