Hitstat

02 October 2007

Matius Volume 6 - Minggu 1 Rabu

Melayani Menurut Prinsip Anugerah
Matius 14:16
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.”

Sering kali setelah kita mengalami penolakan dan berhasil melampauinya, kita merasa gembira dan lega. Tetapi setelah kita mengalami kelegaan ini, kita baru sadar bahwa kini kita berada dalam kekurangan dan tidak mempunyai sesuatu untuk kelangsungan hidup. Kita mengalami kekurangan dalam keperluan pokok sehari-hari. Keadaan ini banyak dihadapi oleh orang-orang yang memutuskan untuk mengikuti Tuhan dengan setia.
Matius 14:15 mengatakan, “Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata, ‘Tempat ini terpencil dan hari mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.’” Di sini murid-murid mengingatkan Yesus bahwa mereka sedang berada di padang gurun dan hari pun mulai malam, sedangkan orang banyak itu perlu makan. Mereka menganjuri Tuhan untuk menyuruh orang banyak itu pergi ke desa-desa guna membeli makanan bagi mereka masing-masing. Bagaimanakah respon Tuhan terhadap usul murid-murid-Nya? Tuhan menjawab, “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan” (Mat. 14:16).
Tuhan bukan hanya menolak usul murid-murid-Nya, bahkan Ia menyuruh murid-murid memberi makanan kepada orang banyak itu. Yang Tuhan perhatikan adalah bagaimana memberi makan orang, bukan menuntut orang melakukan sesuatu. Konsepsi agama adalah menyuruh orang melakukan sesuatu, tetapi konsepsi Tuhan adalah memberi sesuatu kepada orang-orang untuk dinikmati. Agama selalu menuntut, tetapi Tuhan selalu menyuplai. Haleluya!
Sudahkah hari ini kita menikmati suplai Tuhan? Menurut anugerah-Nya, Tuhan tidak ingin kita melakukan ini dan itu, melainkan Ia ingin menyuplai segala keperluan kita dengan hayat-Nya. Tanpa lebih dulu menikmati suplai hayat-Nya, bagaimana mungkin kita dapat melakukan sesuatu bagi-Nya?

Mat. 14:14-16; 24:45; 1 Tim. 4:6

Kita harus belajar mengenal anugerah, menggunakan anugerah, dan memberi kepada orang lain menurut prinsip anugerah. Ketika Tuhan Yesus memberi tahu murid-murid-Nya untuk memberi orang banyak makanan, murid-murid berkata, “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan” (Mat. 14:17). Ketika kita akan menggunakan anugerah, kita akan nampak bahwa kita sesungguhnya tidak mempunyai apa-apa.
Jika kita di dalam gereja hanya bisa memberikan peraturan / tuntutan kepada orang lain, kita tidak akan mengetahui betapa miskinnya kita. Kita mungkin mengira bahwa kita sangat pintar dan berkata kepada diri sendiri, “Aku sungguh pintar! Tidak ada seorang pun memperhatikan bahwa hari sudah menjelang malam. Tetapi aku mengetahui segala sesuatu. Aku bahkan dapat memberi petunjuk kepada Yesus.” Namun, ketika kita diberi tahu Tuhan untuk memberi menurut prinsip anugerah, segeralah tersingkap keadaan kita yang sebenarnya. Prinsip anugerah akan menyingkapkan kemiskinan kita.
Di bawah anugerah, kita tersadar bahwa sesungguhnya kita tidak punya apa-apa. Kita hanya punya mulut yang memerintah. Kita dapat memberi perintah, kita dapat memberi instruksi, dan kita dapat mengajar, tetapi kita tidak punya sesuatu untuk disuplaikan kepada orang yang lapar. Dalam dunia kekristenan banyak orang yang pandai memberikan instruksi, namun di manakah yang hamba-hamba yang memberi makan pada waktunya (Mat. 24:45)? Yang gereja butuhkan bukan lebih banyak instruksi, melainkan orang-orang yang dapat melayankan firman Allah dan Kristus sebagai suplai hayat kepada kaum beriman yang lapar dan haus.
Paulus menasihatkan Timotius untuk menjadi seorang pelayan (minister) Kristus Yesus yang baik (1 Tim. 4:6). Pelayan Kristus adalah orang yang melayankan Kristus kepada orang lain. Untuk melayankan Kristus kepada orang lain, kita terlebih dulu harus menerima rawatan dari firman hayat tentang Kristus. Setelah kita dikenyangkan oleh Kristus, barulah kita bisa melayankan Kristus sebagai makanan dan suplai hayat kepada orang lain. Pelayanan seperti inilah yang Tuhan ingin kita lakukan di zaman anugerah ini.

Doa:
Berdasarkan prinsip anugerah, aku mau melayani-Mu, ya Tuhan, karena aku tidak memiliki apa-apa dan bukan siapa-siapa. Tuhan, rawatlah aku senantiasa dengan firman hayat-Mu supaya aku dikenyangkan dan bisa melayankan diri-Mu kepada orang lain. Tuhan, saat ini aku datang pada-Mu, dan suplailah aku dengan kelimpahan hayat-Mu.

No comments: