Hitstat

14 October 2007

Matius Volume 6 - Minggu 3 Senin

Tidak Berpegang pada Tradisi
Matius 15:3
Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?

Beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem datang kepada Yesus dan berkata: “Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan” (Mat. 15:1-2). Orang-orang Farisi dan ahli Taurat bertanya kepada Tuhan Yesus mengapa murid-murid-Nya melanggar adat istiadat nenek moyang. Ini mewahyukan bahwa dalam mengikuti Tuhan, murid-murid tidak menuruti adat istiadat. Mereka hanya memperhatikan kehadiran Raja surgawi, tidak memperhatikan yang lain.
Apakah adat istiadat atau tradisi? Adat istiadat atau tradisi adalah semacam peraturan turun temurun yang bukan berasal dari Alkitab, melainkan sesuatu yang ditemukan atau diciptakan oleh manusia. Tidak ada sesuatu pun yang diperintahkan oleh Allah yang dapat menjadi suatu tradisi, sebab firman Allah selalu segar. Sebaliknya, tradisi tidak lebih dari perintah manusia yang usang, yang tidak ada dasar Alkitabnya. Apakah akibatnya bila kita berpegang pada tradisi? Akibatnya adalah melanggar perintah Allah. Tuhan berkata, “Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?” (Mat. 15:3). Kalau kita berpegang pada tradisi, hidup di bawah perintah tradisi, maka cepat atau lambat kita akan melanggar perintah Allah demi tradisi kita. Kita memperhatikan tradisi, tetapi mengabaikan perintah Allah.
Pada tingkat tertentu, tradisi telah menjurus kepada hal-hal takhayul yang bersifat setani. Mempercayai takhayul sama dengan mempercayai Satan. Betapa tragisnya bila orang Kristen percaya kepada Satan. Satan adalah pendusta! Hanya Allah yang patut dipercaya. Kiranya Tuhan merahmati dan melepaskan kita dari pengendalian tradisi yang menyimpangkan kita dari Allah dan firman-Nya. Kita hanya melakukan perintah Allah, bukan tradisi manusia!

Mat. 15:1-7; Kel. 20:12; Ef. 6:1-3; Kol. 3:20

Dalam menanggulangi orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang berpegang pada tradisi, Tuhan berkata, “Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. Hai orang-orang munafik! ...” (Mat. 15:3-7).
Di sini, penanggulangan Tuhan terhadap orang Farisi dan ahli Taurat bukan hanya menyalahkan mereka karena menihilkan firman Allah demi tradisi mereka, tetapi juga menyiratkan bahwa manusia harus menghormati orang tuanya. Dalam pemerintahan-Nya atas manusia, Allah telah menetapkan bahwa manusia harus menghormati orang tua. Dia telah menjadikan hal ini sebagai perintah pertama di antara sepuluh perintah yang membahas hubungan antar manusia (Kel. 20:12). Namun, sifat manusia yang jatuh selalu mendorong manusia mengabaikan orang tua, memberontak terhadap pemerintahan Allah.
Untuk membawa manusia kembali kepada pemerintahan Allah, Tuhan sebagai Raja surgawi menekankan bahwa manusia harus menghormati orang tuanya. Ini berhubungan dengan perkataan-Nya dalam konstitusi Kerajaan Surga mengenai penggenapan hukum Taurat (Mat. 5:17-19). Karena itu, rasul juga menekankan perkara ini dengan tegas (Ef. 6:1-3; Kol. 3:20).
Kita, umat kerajaan, harus menghormati orang tua kita dan tidak memaafkan diri sendiri seperti yang dilakukan oleh kaum agamawan Yahudi. Memaafkan diri sendiri menunjukkan bahwa kita tidak berada di bawah pemerintahan surgawi, melainkan mengikuti sifat kita yang telah jatuh dan arus pemberontakan dari angkatan yang bengkok hari ini. Kiranya Tuhan membangunkan kita untuk kembali kepada firman yang murni, sehingga hidup kristiani kita tidak lagi dikendalikan oleh tradisi manusia, ajaran, atau perintah manusia.

Doa:
Tuhan Yesus, lepaskanlah aku dari cara hidup yang lama yang cenderung terikat oleh tata cara, adat istiadat, dan peraturan manusia. Rahmatilah aku agar ampak bahwa hanya firman-Mu yang layak kupercaya dan dilakukan. Berilah aku kekuatan untuk menolak dan mengesampingkan tradisi manusia, karena semuanya itu sama sekali tidak Kau perkenan.

No comments: