Hitstat

04 November 2007

Matius Volume 7 - Minggu 1 Jumat

Menjadi Seperti Anak Kecil

Matius18:3-4
... Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

Dalam kehidupan kerajaan, kita perlu belajar rendah hati, perlu menjadi seperti anak kecil. Tidak seharusnya ada raksasa di tengah-tengah kita. Rendah hati adalah berlaku seperti anak kecil dalam hal ketulusan dan kepolosan mereka. Murid-murid bertanya tentang siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Lihatlah, setiap orang dari mereka ingin menjadi yang terbesar. Tuhan Yesus menjawab bahwa siapa yang ingin menjadi yang terbesar harus bertobat dan menjadi seperti anak kecil (Mat. 18:1-4).
Kita perlu menyadari bahwa anak kecil sangat bergantung pada orang lain. Sebaliknya, raksasa tidak perlu bergantung pada orang lain, tidak mau mendengarkan orang lain. Banyak orang Kristen tidak ingin bergantung pada orang lain, ingin menjadi kuat seorang diri. Sikap demikian berasal dari kesombongan dan tidak cocok dengan kehidupan dalam kerajaan. Di dalam kerajaan, kita saling memerlukan. Inilah ciri kehidupan dalam kerajaan.
Jika kita tidak rendah hati, kita akan tersinggung oleh orang lain atau kita akan menyinggung hati orang lain. Akibatnya akan ada pihak yang tersandung. Semua ketersandungan disebabkan karena kesombongan. Andaikata kita tidak sombong, kita tidak akan tersandung. Fakta bahwa kita dapat tersandung atau menyandung orang lain membuktikan bahwa kita ini sombong.
Jika kita ingin berhubungan dengan orang lain secara tepat dalam kerajaan, kesombongan kita perlu ditanggulangi. Kita perlu kerendahan hati. Menjadi batu sandungan bagi seseorang merupakan perkara yang serius (Mat. 18:6). Tuhan memperingatkan kita untuk menanggulangi diri. Jika tangan, kaki, atau mata membuat kita tersandung, kita harus menanggulangi penyebab ketersandungan ini secara serius. Jika tidak, kita tidak akan menjadi orang yang tepat dalam kehidupan kerajaan.

Mat. 18:1-6; 1 Ptr. 5:5; 2 Kor. 11:7

Tidak peduli betapa kecilnya kita, di pandangan Bapa, Dia mengasihi dan memperhatikan kita. Ia tidak suka melihat seseorang tersandung. Mudah sekali kita menyinggung seseorang yang diperhatikan Bapa dan sebagai yang kecil kita pun mudah tersandung. Jika kita ingin tidak tersandung dan tidak menyandung orang lain, kita perlu rendah hati. Rendah hati akan menyelamatkan kita.
Dalam 1 Petrus 5:5 jelas sekali dikatakan kepada kita, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”. Ini berarti, terhadap orang yang sombong, Allah akan menentangnya; terhadap orang yang rendah hati, Allah akan memberi karunia kepadanya. Jika kita pada hari ini ingin mendapatkan karunia Allah, kita harus memiliki satu sikap yang mendasar, yaitu rendah hati. Sebab hanya orang yang rendah hati yang bersyarat menerima karunia Allah. Meskipun Paulus adalah seorang rasul, tetapi telah “merendahkan diri” (2 Kor. 11:7). Tidak peduli bagaimana Allah memakai kita, tidak peduli berapa besar karunia kita, berapa besar fungsi kita, kita tetap harus berdiri pada posisi merendah, tidak boleh memiliki perasaan tinggi diri.
Pernah seorang pendeta terkenal dari Skotlandia berkata kepada Hudson Taylor, “Anda pasti sering merasa betapa ajaibnya Allah memberkati pekerjaan Anda, sehingga apa pun yang Anda kerjakan berhasil. Mungkin di bawah langit ini tidak ada orang lain yang mengalami kemuliaan berkat sedemikian.” Dengan khidmat dan tenang Hudson Taylor menjawab, “Dalam pandanganku tidak begitu. Kadangkala aku berpikir bahwa Allah mau mencari seorang yang kecil, yang lemah untuk dipakai-Nya, supaya kemuliaan itu hanya bagi-Nya. Aku adalah orang yang demikian.” Hudson Taylor telah melakukan pekerjaan yang begitu besar, namun masih tetap menganggap bahwa dirinya adalah kecil dan lemah. Tidak karena keberhasilan yang besar lalu menganggap dirinya besar.
Jika segalanya adalah pemberian Allah, kita terima dari Allah, kepandaian dan hikmat kita adalah pemberian Allah, bakat kita adalah pemberian Allah, kekayaan kita adalah pemberian Allah, talenta kita adalah pemberian Allah, lalu apakah yang bisa kita megahkan? Karena itu, orang yang mengenal karunia Allah tidak mungkin meninggikan diri.

Doa:
Tuhan Yesus, aku mengakui bahwa di dalam diriku masih terdapat banyak ego dan kesombongan. Rahmatilah aku ya Tuhan, agar aku dapat memiliki kesederhanaan hati dan ketulusan seperti seorang anak kecil, tidak meninggikan diri tetapi memperhatikan kepentingan orang lain lebih daripada diri sendiri. Tuhan, aku ingin memiliki kehidupan yang tepat dalam kerajaan.

No comments: