Hitstat

13 November 2007

Matius Volume 7 - Minggu 2 Rabu

Mengampuni Tujuh Puluh Kali Tujuh Kali
Matius 18:21-22
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali."

Petrus mengira bahwa mengampuni saudara tujuh kali sudah cukup, tetapi Tuhan mengatakan bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali (Mat. 18:21-22). Injil Lukas mengatakan, kalau seorang saudara berbuat dosa terhadap kita tujuh kali sehari, tetapi tujuh kali ia kembali kepada kita dan berkata, “Aku menyesal,” maka kita harus mengampuni dia (Luk. 17:3-4). Tak peduli penyesalannya itu sejati atau palsu, asalkan ia menyesal, kita harus mengampuni dia. Sejati atau palsu penyesalannya, itu bukan urusan kita, tetapi kita harus mengampuni dia.
Tujuh kali tidak terhitung banyak, tetapi sehari tujuh kali itu tidak sedikit. Kalau perkara yang sama dilakukan sampai tujuh kali dalam satu hari, atau orang yang sama tujuh kali berkata kepada kita, “Aku berdosa kepada Anda,” percayakah kita bahwa pengakuannya itu dilakukan dengan tulus hati? Mungkin kita akan berkata bahwa pengakuan dosa itu hanya di bibir belaka. Karena itu, Lukas 17:5 mengatakan, “Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: Tambahkanlah iman kami!” Bahkan para rasul merasa sulit melakukan hal tersebut.
Memang sulit dipercaya kalau seorang saudara dalam sehari berbuat dosa terhadap kita sebanyak tujuh kali, dan juga kembali kepada kita tujuh kali untuk mengatakan penyesalannya. Sebab itu, para murid memohon kepada Tuhan, “Tambahkanlah iman kami!” Namun, sekalipun dalam situasi semacam ini, sebagai anak-anak Allah, kita tetap harus mengampuni dia. Kalau ada seorang saudara berbuat dosa terhadap kita, tidak seharusnya kita menyimpan atau mengingat-ingat terus dosanya itu. Tujuh puluh kali tujuh berarti kita harus mengampuni orang lain tanpa batas, tanpa perlu menghitung atau mencatat berapa kali kita mengampuni orang lain. Berapa kalipun ia melakukan kesalahan yang sama dalam satu hari kepada kita, kita tetap harus mengampuninya.

Mat. 18:21-27; Luk. 17:3-4

Mengenai perkara mengampuni, dalam Matius 18:23-27 Tuhan menyampaikan sebuah perumpamaan, “Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Lalu sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunasi. Tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.”
Hutang hamba itu di hadapan Allah sangat besar, berkisar sepuluh ribu talenta, dan ia tidak mampu melunasi hutangnya itu. (1 talenta = 6.000 dinar; 1 dinar = upah yang layak untuk satu hari kerja). Memang, bagaimanapun kita tidak mampu melunasi hutang kita terhadap Allah, jika dibandingkan dengan hutang orang lain terhadap kita, terlalu besar selisihnya. Jika setiap anak-anak Allah dapat menilai hutangnya secara wajar terhadap Allah, mereka pasti akan mengampuni saudaranya dengan lapang dada. Kalau kita lupa betapa besar kasih karunia yang kita terima di hadapan Allah, mungkin kita akan menjadi orang yang sangat kekurangan kasih karunia. Kita perlu menyadari betapa besarnya hutang dosa kita terhadap Allah, barulah kita dapat mengetahui betapa kecilnya hutang orang lain terhadap kita.
Berhubung melihat hambanya itu tidak mampu melunasi hutangnya, raja itu lalu memerintahkan “supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk membayar hutangnya.” Padahal, sekalipun semuanya dijual untuk membayar hutang, tetap tak dapat menyelesaikan hutangnya. Lalu “sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunasi.” Tetapi “Tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.” Inilah Injil! Raja ini membebaskan dan menghapuskan hutang kita. Itulah kasih karunia Allah, dan itulah kapasitas Allah dalam mengampuni kesalahan kita.

Doa:
Tuhan Yesus, celikkanlah mataku agar aku nampak betapa besarnya hutangku yang telah Kaubebaskan dan nampak betapa kecilnya kesalahan saudara kepadaku. Sebagaimana Engkau sudah mengampuni semua dosaku dan melupakan semua kesalahanku, biarlah aku juga belajar mengampuni saudara yang bersalah kepadaku.

No comments: