Hitstat

25 November 2007

Matius Volume 7 - Minggu 4 Senin

Sambutan bagi Raja yang Lemah Lembut
Matius 21:9
Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!”

Matius 21:4-9 mencatat suatu peristiwa penting di mana Tuhan Yesus datang sebagai Raja yang rendah hati dan dan lemah lembut yang disambut dengan hangat oleh para pengasih-Nya. Bagian ini kelihatannya tidak ada kaitannya dengan pembahasan sebelumnya tentang ambisi dan keinginan untuk menjadi yang terbesar. Di sini Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai Raja yang sejati. Dia tidak memiliki ambisi menjadi raja, walau sesungguhnya Dialah sang Raja itu. Kerajaan adalah milik-Nya, dan seluruh rakyat adalah bagi-Nya.
Bagaimanakah caranya Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem? Apakah Dia menunggangi kuda Mesir yang gagah? Tidak! Dia datang sebagai Raja yang unik, menunggangi seekor keledai dalam kesederhanaan yang tulus. Dia datang sebagai Raja, tetapi Dia datang dalam bentuk dan penampilan yang sederhana. Ini sangat baik. Betapa indahnya bisa saudara saudari terkasih dalam gereja begitu berdaya guna, penuh urapan, dan penuh hayat, namun bentuk dan penampilan mereka begitu rendah hati. Kita tidak seharusnya bersikap: “Saya penuh urapan! Saya berkarunia, dan saya harus mendapatkan jabatan!” Kita sekali-kali tidak boleh bersikap demikian.
Tuhan Yesus datang sebagai Raja dalam cara yang sederhana. Dia tidak menunggangi kuda atau keledai dewasa, tetapi keledai muda. Walau hampir semua orang di kota itu menyambutnya, tetapi Dia memasuki kota dalam cara yang sederhana. Walau Dia adalah Raja, Dia tidak mempertahankan bentuk dan penampilan-Nya sebagai Raja. Dia datang sebagai Raja sejati dalam kesederhanaan, dan Dia tidak berkata-kata bagi diri-Nya sendiri. Orang banyaklah yang berbicara bagi-Nya dengan menghamparkan pakaian mereka dan ranting-ranting pohon palem di tengah jalan yang dilalui-Nya.

Mat. 21:1-9; Yoh. 12:13; Why. 7:9; Mzm. 118:25

Matius 21:9 mengatakan, “Orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, ‘Hosana bagi Anak Daud, terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!’” Kata Ibrani Hosana berarti “selamatkanlah sekarang” (Mzm. 118:25). Gelar “Anak Daud” merupakan sebuah gelar kerajaan bagi Raja yang rendah hati. Dari pujian orang yang menyambut Sang Raja, jelaslah bagi kita bahwa Dialah persona yang diutus oleh Allah, yaitu orang yang datang dalam nama Tuhan (Yehova).
Ketika orang-orang Farisi melihat bagaimana Tuhan disambut, mereka menjadi iri hari. Walau demikian mereka masih berpura-pura rohani. Sebenarnya, mereka tidak serohani itu; mereka sesungguhnya cemburu terhadap Tuhan Yesus. Mereka terganggu ketika seorang Nazaret yang kecil justru menerima perayaan yang demikian riuh. Bahkan anak-anak kecil di Bait Suci berteriak dan berseru, “Hosana!” Orang-orang Farisi menganggap teriakan itu begitu kacau balau. Mengapa Ia membiarkan anak-anak kecil berteriak kepada-Nya di Bait Suci? Tempat ini adalah tempat untuk menyembah Allah. Mereka seharusnya datang dalam kesenyapan. Mengapa Ia tidak menghardik anak-anak itu? Lihatlah, sepertinya orang-orang Farisi itu begitu rohani dan alkitabiah, namun sebenarnya ini bukan masalah rohani atau tidak, tetapi mereka iri hati terhadap Tuhan Yesus yang menerima sambutan hangat orang banyak itu.
Karena orang-orang Farisi berlaku seolah-olah rohani dan alkitabiah, Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “... belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?” (Mat. 21:16b). Jawaban Tuhan menunjukkan bahwa tidaklah salah bila anak-anak kecil berteriak dan memuji, “Hosana!”. Hal ini sangat alkitabiah dan dapat dibenarkan. Jawaban yang sama dapat dialamatkan juga kepada orang Kristen yang suka berdiam diri dalam ibadah namun mengecam mereka yang bersorak memuji Tuhan. Kita bisa berkata kepada mereka, “Belum pernahkah Anda baca ayat-ayat dalam Perjanjian Lama tentang berseru dan memuji Tuhan dengan sorak sorai?” (Ezr. 3:10-11; Mzm. 5:11; 95:1; 100:1).

Doa:
Tuhan Yesus, Engkau adalah teladan dari kerendahan hati yang sesungguhnya. Engkau tidak berambisi atau bersaing dengan siapa pun untuk memperoleh kedudukan. Ya Tuhan, ampunilah aku yang tanpa sadar ingin menjadi “seseorang” di dalam gereja. Terangilah aku agar kunampak bahwa tanpa anugerah-Mu, aku bukanlah apa-apa.

No comments: