Hitstat

14 November 2007

Matius Volume 7 - Minggu 2 Kamis

Diampuni dan Mengampuni
Matius 18:32-33
Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?

Allah mempunyai satu harapan atas diri kita, yaitu siapa saja yang ingin memperoleh kasih karunia, ia harus belajar memberikan kasih karunia kepada orang lain. Kalau yang kita terima itu kasih karunia, maka Allah mengharapkan agar kita pun sudi memberikan kasih karunia kepada orang lain. Matius 18:28-29 mengatakan, “Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Lalu sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunasi.”
Di sini Tuhan memperlihatkan kepada kita bahwa hutang kita adalah sebesar sepuluh ribu talenta (1 talenta = 6.000 dinar), sedangkan hutang orang lain terhadap kita hanya seratus dinar. Tatkala kita berkata kepada Tuhan, “O Tuhan, sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunasi”, Tuhan tidak saja membebaskan kita, bahkan menghapus hutang kita itu. Hutang saudara kita itu hanya seratus dinar, dan ia pun berkata pada kita, “Sabarlah dahulu, hutang itu akan kulunasi”. Ia dan kita sebenarnya menaruh harapan dan permohonan yang sama. Mengapa kita tidak dapat mengampuni dia? Tetapi hamba ini “menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai ia melunasi hutangnya” (Mat. 18:30).
Dalam perumpamaan ini, Tuhan memperlihatkan betapa jahatnya dalam pandangan Allah, kalau seseorang tidak mau mengampuni orang lain. Jika kita tidak sudi mengampuni saudara kita, kita adalah hamba yang jahat, bahkan sangat jahat. Kita memang harus memperlakukan diri sendiri berdasarkan keadilan, tetapi kita harus memperlakukan orang lain berdasarkan kasih karunia. Sebagaimana Tuhan telah memberikan kasih karunia-Nya kepada kita, Ia pun mengharap kita memberikan kasih karunia kepada saudara kita.

Mat. 18:28-34

Matius 18:31-33 mengatakan, “Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Kemudian raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohon kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” Sebagaimana Tuhan terhadap kita, Tuhan pun mengharap agar kita demikian pula terhadap orang lain. Tuhan tidak menuntut kita menurut prinsip keadilan, Ia pun tidak mengharap kita menuntut orang lain dengan prinsip keadilan. Tuhan telah menghapuskan hutang kita dengan belas kasihan, Ia pun mengharap kita menghapuskan hutang orang lain dengan belas kasihan. Tuhan menakar kita dengan takaran apa, Ia pun mengharap kita dengan takaran yang sama menakar orang lain.
Ada satu hal yang paling tidak sedap dipandang di hadapan Allah, yaitu jika seseorang telah diampuni, tetapi tidak mau mengampuni orang lain; ia telah menerima belas kasihan, tetapi ia tidak mau mengasihani orang lain. Oh, tidak ada perbuatan yang lebih buruk daripada perbuatan ini.
Tuannya bertanya kepadanya, “Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” (Mat. 18:33). Allah menginginkan agar kita mengasihani orang seperti yang telah Dia lakukan. Karena itu, kita wajib belajar mengasihani dan mengampuni orang lain. Setiap orang yang telah menerima kasih karunia, setiap orang yang telah diampuni Allah, wajib belajar menghapuskan hutang orang, mengampuni orang, mengasihani orang, dan menaruh kasih karunia terhadap orang lain.
Selanjutnya Matius 18:34 mengatakan, “Tuannya itu pun marah dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunasi seluruh hutangnya.” Orang itu akhirnya diganjar Allah; ia diserahkan kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Ayat selanjutnya mengatakan, “Demikian juga yang akan diperbuat oleh Bapa-Ku yang di surga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” Alangkah seriusnya hal ini!

Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah kegagalanku dalam hal mengampuni kesalahan orang lain. Seringkali di mulut aku bisa mengatakan sudah mengampuni, tetapi di dalam hatiku masih sulit untuk melupakan. Berilah kapasitas untuk mengampuni saudaraku tanpa batas tanpa mempertimbangkan berapa banyaknya kesalahan saudaraku terhadapku.

No comments: