Hitstat

07 July 2011

1 Korintus - Minggu 17 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 7:21, 24


Dalam pasal ini kita melihat bahwa roh Paulus mutlak bersatu dengan Allah. Paulus tidak ingin mengubah atau memprakarsai apa pun. Inilah sebabnya ia dapat memberi tahu orang-orang Korintus agar mereka tidak mengubah status dalam pernikahan mereka. Mereka yang sudah menikah ketika dipanggil Allah, haruslah tetap tinggal dalam pernikahan. Prinsip ini juga berlaku terhadap pernikahan dengan orang yang tidak percaya. Kaum beriman yang sudah menikah tidak boleh memprakarsai perubahan apa pun. Sebaliknya seluruh masalahnya haruslah diserahkan kepada Tuhan. Apakah orang yang tidak beriman itu akan tetap tinggal atau pergi, orang yang beriman itu haruslah menerima situasinya sebagai pengaturan Tuhan. Segala sesuatu tergantung pada Tuhan dan situasi, lingkungan, serta kondisi yang diatur oleh-Nya.

Paulus juga menerapkan prinsip ini kepada orang yang berstatus budak ketika mereka dipanggil Allah. "Apakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu" (ayat 21). Perkataan ini menunjukkan bahwa seorang hamba yang telah dipanggil oleh Tuhan seharusnya tidak berusaha mengubah statusnya, tetapi tetap menggunakan statusnya, yaitu bersama-sama dengan Allah tinggal di dalam status ini bagi kemuliaan Allah. Bahkan jika dia dapat dimerdekakan, dia seharusnya tinggal di dalam statusnya sebagai seorang hamba. Janganlah mencoba mengubah apa-apa. Akan tetapi, jikalau Allah membebaskan dia dari kondisi perbudakan, janganlah dia menentang perubahan itu dan menuntut untuk tinggal sebagai seorang hamba. Karena Allah telah mengatur suatu perubahan, dia harus menerimanya. Dalam kasus yang mana pun sikapnya haruslah bersatu dengan Allah.

Butir lain yang sangat penting yang diwahyukan dalam pasal ini adalah orang yang mengasihi Tuhan, yang bagi Dia, yang bersatu dengan Dia, seharusnya rela menerima keadaan sekitar yang bagaimanapun atau situasi yang bagaimanapun. Sebagai contoh: jika seorang istri dari seorang saudara belum beriman, dan istri yang belum beriman ini ingin tinggal bersama dia, maka dia harus menerima situasi ini. Tetapi bila istri itu memutuskan untuk meninggalkan dia, maka dia (saudara ini) juga harus menerima keadaan seperti itu.

Penting sekali kita nampak bahwa Allah selalu ada dalam lingkungan kita. Kita boleh mengatakan bahwa sesungguhnya lingkungan kita adalah Allah menghampiri kita secara tersembunyi. Tampaknya kita berada dalam suatu keadaan; sebenarnya keadaan itu adalah Allah datang kepada kita dan Allah beserta kita. Dalam ayat 24 Paulus berkata, "Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil." Perhatikan perkataan "di hadapan Allah". Perkataan ini menunjukkan, jika kita menerima situasi lingkungan kita, kita menerima Allah. Allah ada, baik di dalam maupun di balik lingkungan kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 42

No comments: