Hitstat

12 July 2011

1 Korintus - Minggu 18 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 8:4-13


Dalam ayat 5-6 Paulus melanjutkan, "Sebab sungguhpun ada apa yang disebut 'ilah', baik di surga, maupun di bumi -- dan memang benar ada banyak 'ilah' dan banyak 'tuhan' yang demikian -- namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari Dia berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup." Dalam ayat 6 perkataan "bagi kita" mengacu kepada kaum beriman dalam Kristus, orang-orang Kristen. Satu Allah dalam ayat 6 berlawanan dengan banyak ilah dalam ayat 5. Allah kita adalah satu. Dalam ayat ini Bapa adalah salah satu sebutan bagi Allah kita, yang adalah sumber segala sesuatu. Sebutan ini membuat Allah kita sama sekali berbeda dengan banyak allah palsu. Di sini Bapa tidak mengacu kepada Allah sebagai Bapa dari orang-orang yang dilahirkan kembali, tetapi kepada Allah sebagai sumber segala sesuatu. Ini dibuktikan oleh perkataan "yang dari Dia berasal segala sesuatu." Segala sesuatu berasal dari Allah sebagai sumber. Karena itu, Allah disebut Bapa. Tidak hanya Ia adalah Bapa kita dalam kelahiran kembali, Ia juga adalah Bapa segala benda-benda ciptaan, karena segala sesuatu berasal dari-Nya.

Dalam ayat 7 Paulus melanjutkan berkata, "Tetapi tidak semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging yang dipersembahkan kepada berhala. Oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya." Hati nurani yang lemah disebabkan kurangnya pengetahuan yang tepat dan memadai. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan kita erat hubungannya dengan hati nurani kita. Bekas penyembah-penyembah berhala yang sekarang adalah kaum beriman dalam Kristus, terbiasa dengan berhala-berhala sampai sekarang, kurang pengetahuan bahwa berhala itu tidak terhitung apa-apa (ayat 4). Karena itu, hati nurani mereka lemah terhadap masalah-masalah berhala. Ketika hati nurani yang lemah menjamah suatu masalah yang kurang diketahui olehnya, ia segera ternoda olehnya.

Ayat 8 mengatakan, "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan." Orang-orang yang makan persembahan berhala tanpa mempunyai pengetahuan yang tepat, bisa menodai hati nurani mereka. Setelah menjelaskan hal ini, Paulus melanjutkan berkata bahwa makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Sekali lagi Paulus menyingkapkan rohnya. Jauh di dalam rohnya Paulus menyadari bahwa hal-hal yang kita lakukan harus membawa kita lebih dekat kepada Allah. Apa saja yang tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah tidak diperlukan. Ya, kita mungkin bebas melakukan hal-hal tertentu, tetapi hal-hal itu tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Di sini masalahnya bukan perkara benar atau salah, tetapi apakah hal tertentu membawa kita kepada Allah atau tidak. Sebagai contoh, mungkin tidaklah salah bagi seorang saudara untuk memanjangkan rambutnya. Tetapi menurut prinsip dalam ayat 8, rambut panjang tidak membawanya lebih dekat kepada Allah. Mengenai model rambut, kita tidak mempunyai peraturan apa-apa. Tetapi kita semua harus menata rambut kita dalam gaya yang membawa kita lebih dekat kepada Allah. Pikiran Paulus di sini adalah makan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita mungkin mempunyai kebebasan untuk makan persembahan berhala, karena mengetahui bahwa berhala tidak terhitung apa-apa. Namun, makan ini tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita harus belajar untuk berbuat apa yang membawa kita lebih dekat kepada Allah. Menurut Paulus, "Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan." Kalaupun demikian, buat apa kita makan persembahan berhala?


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 44

No comments: