Hitstat

29 July 2011

1 Korintus - Minggu 20 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:18, 23-28


Kristus adalah Tuhan dan Dia juga adalah meja. Bila kita mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, kita mengartikannya bahwa Dia adalah segala sesuatu. Sebagai segala sesuatu kita, Dia adalah meja kita. Meja ini dilambangkan oleh tanah permai, yang merupakan suatu meja bagi bangsa Israel. Ketika mereka tinggal di tanah yang permai itu, mereka berpesta di meja itu, dengan menikmati semua hasil yang kaya dari tanah itu. Berbagai aspek hasil tanah itu adalah lambang dari kekayaan Kristus. Lagi pula, Kristus itu sendiri adalah tanah permai bagi kita sebagai meja itu. Jika kita melihat dengan jelas gambaran ini, maka kita akan tahu cara menikmati Tuhan sebagai tanah permai dengan semua kekayaannya.

Jika kita menjajarkan 6:12 dan 10:23 dan 31, maka kita memiliki empat prinsip mengenai perilaku orang beriman. Pertama, segala sesuatu diperbolehkan bagi orang beriman, tetapi segala sesuatu yang mereka lakukan itu harus berguna. Ini berarti hal-hal itu haruslah menguntungkan, yaitu tidak menyebabkan penderitaan kerugian apa pun. Kedua, orang beriman tidak boleh berada di bawah kekuasaan apa pun. Ketiga, segala sesuatu yang dilakukan orang beriman harus membangun orang lain. Keempat, apa pun yang dilakukan orang beriman, harus mereka lakukan untuk kemuliaan Allah (10:31). Dengan mewaspadai sepenuhnya prinsip-prinsip ini, Paulus selanjutnya berkata dalam 10:24, "Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain."

Ayat 25 mengatakan, "Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa memeriksanya karena keberatan-keberatan hati nurani." Pada masa rasul, barang-barang (daging) yang dipersembahkan kepada berhala umumnya hanya dibakar sebagian, sisanya diberikan kepada para imam atau orang-orang miskin, atau dijual di pasar. Boleh jadi, tanpa sepengetahuan pembeli, ia membeli daging yang telah dipersembahkan kepada berhala. Jadi, bila seseorang pergi ke pasar untuk membeli daging, ia mungkin membeli daging yang telah dipakai dalam kurban yang dipersembahkan kepada berhala. Mengenai hal ini, Paulus memberi tahu kaum beriman untuk tidak mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. Ini berarti mereka tidak seharusnya menanyakan tentang daging itu, melainkan membelinya dan memakannya saja.

Dalam ayat 27 Paulus selanjutnya berkata, "Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani." Pada peristiwa yang demikian ini, kaum beriman tidak seharusnya menyelidiki situasi itu. Tidak perlu bertanya-tanya. "Tetapi", Paulus melanjutkan, "kalau seseorang berkata kepadamu, 'Itu persembahan berhala!' janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani. Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu" (ayat 28-29a). Karena ada seseorang yang menunjukkan bahwa daging itu telah dipersembahkan dalam kurban kepada berhala, maka kaum beriman tidak boleh memakannya karena keberatan-keberatan hati nurani orang yang menunjukkan fakta itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 51

No comments: