Pembacaan
Alkitab: Gal. 5:22-23
Apa yang dilakukan daging adalah perbuatan tanpa hayat
(ayat 19), apa yang dihasilkan Roh itu adalah buah yang penuh hayat (ayat 22).
Hanya sembilan macam buah Roh, sebagai berbagai ekspresi Roh hayat di dalam kita
yang disebutkan dalam ilustrasi di sini. Namun, buah Roh juga mencakup
butir-butir tambahan, seperti rendah hati (Ef. 4:2; Flp. 2:3), kasih mesra
(Flp. 2:1), beribadah (2 Ptr. 1:6), keadilan, kebenaran
(Rm. 14:17; Ef. 5:9), kekudusan (Ef. 1:4; Kol. 1:22), dan kemurnian (Mat. 5:8).
Selain lemah lembut, seperti dalam ayat ini, rendah hati juga disebutkan
sebagai kebajikan dalam Efesus 4:2 dan Kolose 3:12. Kebenaran, damai sejahtera,
dan sukacita (Rm. 14:17) adalah semua aspek Kerajaan Allah hari ini. Tetapi
hanya damai sejahtera dan sukacita yang disebut di sini. Ibadah dan kesabaran
(2 Ptr. 1:5-7), yang dianggap sebagai pengendalian diri dan kasih, ciri khas
pertumbuhan rohani, tidak disebut di sini. Kebenaran, belas kasih, dan kemurnian
yang disebut bersama dengan lemah lembut dan damai sejahtera (Mat. 5:5-9) sebagai
syarat realitas kerajaan hari ini, ketiganya juga tidak disebut di sini.
Sebagaimana daging adalah ekspresi Adam yang lama, maka Roh itu
adalah realisasi Kristus. Kristus sebenarnya diperhidupkan sebagai Roh itu. Butiran
buah Roh yang disebut di sini adalah karakteristik Kristus.
Buah Roh itu mencakup berbagai ekspresi Roh yang berhuni
di batin. Setelah membentangkan kesembilan aspek dari buah Roh itu, Paulus
mendeklarasikan bahwa “Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” (ayat
23). Perhatikanlah bahwa Paulus mengatakan “hal-hal itu”, bukan “hal-hal ini”. Kalau
ia mengatakan, “hal-hal ini”, berarti buah Roh itu mungkin terbatas pada kesembilan
hal yang terdaftar dalam ayat tersebut. Tetapi Paulus mengatakan “hal-hal itu”,
menunjukkan fakta adanya lebih banyak aspek daripada kesembilan hal yang dipakainya
sebagai ilustrasi.
Sifat-sifat alamiah tidak dapat menampung apa-apa yang berasal
dari Allah, sedangkan buah Roh itu dipenuhi dengan hakiki rohani, yang ilahi.
Kita harus ingat bahwa itulah buah Roh itu. Hakiki, unsur dari buah itu adalah
Roh itu. Yang kita butuhkan dalam kehidupan gereja adalah kasih yang penuh
dengan hakiki Roh itu. Unsur Roh itu juga seharusnya terdapat di dalam sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
dan penguasaan diri kita. Semua pekerti tersebut harus menjadi ekspresi Roh
itu.
Perbedaan antara sifat-sifat alamiah dan buah Roh itu ialah:
sifat alamiah tidak memiliki sesuatu yang dari Roh itu, sedang buah Roh itu penuh
dengan hakiki dan unsur Roh itu. Ketika seseorang hidup menurut sifat-sifat
atau pekerti-pekerti alamiahnya, ia tidak perlu kembali ke rohnya. Ia mungkin
mengasihi orang lain atau menyatakan penguasaan dirinya melalui dan di dalam dirinya
sendiri. Tetapi, jika kita ingin memiliki berbagai aspek dari buah Roh itu, haruslah
kita berada di dalam roh kita. Untuk ini, diri kita sama sekali tidak berguna. Bila
kita hidup di dalam Roh yang telah berbaur, kita akan memperhidupkan Kristus
dalam berbagai aspek, dan dalam segala corak sifat dan pekerti
rohani. Saya harap gereja-gereja akan diperkaya dengan kehidupan semacam ini dan
ditinggikan melalui kehidupan kita dalam roh yang berbaur tersebut. Kemudian
dalam kehidupan gereja akan muncul berbagai ekspresi Kristus. Inilah harapan
Paulus ketika menyuruh kita hidup oleh Roh.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 27
No comments:
Post a Comment