Pembacaan
Alkitab: Gal. 6:7-10
Menurut ketentuan Allah, baik kehidupan pernikahan maupun
kehidupan gereja harus bersifat permanen. Jika seorang saudara tak dapat tetap
menjadi seorang penatua secara permanen di tempat tertentu, tak dapatlah ia
menjadi seorang penatua yang wajar; sebagaimana seorang laki-laki tidak dapat
menjadi suami yang wajar jika pernikahannya hanya bersifat sementara. Alangkah
mengerikan jika mempunyai kehidupan pernikahan atau kehidupan keluarga yang bersifat
sementara! Hubungan kita dengan pasangan atau anak-anak kita harus bersifat
permanen. Seprinsip dengan itu, pengabdian kita atau tanggung jawab kita kepada
kehidupan gereja seharusnya juga bersifat permanen. Namun, banyak di antara
mereka yang menabur dalam daging mengambil bagian dalam kehidupan gereja hanya
bersifat sementara.
Dari fakta kemungkinan kita menabur dalam daging atau dalam Roh dan
karenanya menuai kebinasaan atau hayat kekal seharusnya mendorong kita untuk
berhati-hati dalam tutur kata dan perilaku kita. Kita harus nampak, setiap hal dalam
kehidupan sehari-hari kita adalah suatu penaburan, dalam daging atau dalam Roh
itu.
Dalam 6:9 Paulus selanjutnya berkata, “Janganlah kita
jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai,
jika kita tidak menjadi lemah.” Menurut konteksnya, “berbuat baik” dalam
ayat 9 adalah menabur dalam Roh. Penggunaan kata menuai dalam ayat ini oleh Paulus
dikaitkan dengan menabur pada ayat terdahulu. Kita tidak boleh tawar hati (jemu-jemu)
dalam berbuat baik, yaitu dalam menabur dalam Roh. Menabur dalam daging
biasanya mendatangkan hasil lebih cepat daripada menabur dalam Roh. Suatu hayat
yang lebih tinggi sering kali bertumbuh lebih lambat daripada hayat yang
rendah. Seprinsip dengan itu, apa yang kita tabur dalam Roh biasanya akan
bertumbuh lebih lambat daripada apa yang kita tabur dalam daging. Inilah alasan
Paulus menganjuri kita untuk tidak tawar hati dalam menabur dalam Roh. Seorang
penatua tidak seharusnya berkata, “Aku telah bertahun-tahun menabur dalam Roh di
kota ini. Hasil apa yang diperlihatkan oleh jerih lelahku? Aku tidak melihat
hasil apa-apa.” Camkanlah perkataan Paulus bahwa apabila sudah datang waktunya,
kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Dalam bekerja bagi Tuhan,
dalam melayankan firman kepada anak-anak Allah, dan dalam mengasuh gereja,
janganlah kita berharap apa yang kita tabur dalam Roh akan bertumbuh dengan cepat.
Seperti seorang petani, kita harus sabar. Pada akhirnya, apabila waktunya sudah
datang, kita akan menuai. Semakin mustika barang yang kita taburkan, semakin
lama pertumbuhannya. Sementara semuanya itu bertumbuh, hendaklah kita sabar dan
tidak tawar hati.
Dalam 6:10 Paulus berkata, “Karena itu, selama masih ada
kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama
kepada saudara-saudara seiman kita.” Berbuat baik dalam ayat ini terutama
mengacu kepada pelayanan hal-hal material kepada orang-orang yang memerlukan (2
Kor. 9:6-9). Keluarga iman (saudara-saudari seiman) mengacu kepada anak-anak janji
(4:28), semua anak Allah oleh iman dalam Kristus (3:26). Seluruh orang beriman
dalam Kristus bersama-sama membentuk rumah tangga universal, keluarga besar
Allah. Ini terjadi melalui iman dalam Kristus, bukan oleh perbuatan hukum
Taurat. Keluarga ini adalah manusia baru (Kol. 3:10-11), tersusun dari semua anggota
Kristus, bersama Kristus sebagai unsur pokok mereka. Karena itu, kita harus
berbuat baik, terutama terhadap mereka yang berasal dari keluarga atau rumah
tangga iman, tanpa memandang ras dan tingkat sosial mereka (3:28).
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 29
No comments:
Post a Comment