Hitstat

25 July 2012

Galatia - Minggu 15 Rabu


Pembacaan Alkitab: Gal. 6:7-10


Menurut ketentuan Allah, baik kehidupan pernikahan maupun kehidupan gereja harus bersifat permanen. Jika seorang saudara tak dapat tetap menjadi seorang penatua secara permanen di tempat tertentu, tak dapatlah ia menjadi seorang penatua yang wajar; sebagaimana seorang laki-laki tidak dapat menjadi suami yang wajar jika pernikahannya hanya bersifat sementara. Alangkah mengerikan jika mempunyai kehidupan pernikahan atau kehidupan keluarga yang bersifat sementara! Hubungan kita dengan pasangan atau anak-anak kita harus bersifat permanen. Seprinsip dengan itu, pengabdian kita atau tanggung jawab kita kepada kehidupan gereja seharusnya juga bersifat permanen. Namun, banyak di antara mereka yang menabur dalam daging mengambil bagian dalam kehidupan gereja hanya bersifat sementara.

Dari fakta kemungkinan kita menabur dalam daging atau dalam Roh dan karenanya menuai kebinasaan atau hayat kekal seharusnya mendorong kita untuk berhati-hati dalam tutur kata dan perilaku kita. Kita harus nampak, setiap hal dalam kehidupan sehari-hari kita adalah suatu penaburan, dalam daging atau dalam Roh itu.

Dalam 6:9 Paulus selanjutnya berkata, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” Menurut konteksnya, “berbuat baik” dalam ayat 9 adalah menabur dalam Roh. Penggunaan kata menuai dalam ayat ini oleh Paulus dikaitkan dengan menabur pada ayat terdahulu. Kita tidak boleh tawar hati (jemu-jemu) dalam berbuat baik, yaitu dalam menabur dalam Roh. Menabur dalam daging biasanya mendatangkan hasil lebih cepat daripada menabur dalam Roh. Suatu hayat yang lebih tinggi sering kali bertumbuh lebih lambat daripada hayat yang rendah. Seprinsip dengan itu, apa yang kita tabur dalam Roh biasanya akan bertumbuh lebih lambat daripada apa yang kita tabur dalam daging. Inilah alasan Paulus menganjuri kita untuk tidak tawar hati dalam menabur dalam Roh. Seorang penatua tidak seharusnya berkata, “Aku telah bertahun-tahun menabur dalam Roh di kota ini. Hasil apa yang diperlihatkan oleh jerih lelahku? Aku tidak melihat hasil apa-apa.” Camkanlah perkataan Paulus bahwa apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Dalam bekerja bagi Tuhan, dalam melayankan firman kepada anak-anak Allah, dan dalam mengasuh gereja, janganlah kita berharap apa yang kita tabur dalam Roh akan bertumbuh dengan cepat. Seperti seorang petani, kita harus sabar. Pada akhirnya, apabila waktunya sudah datang, kita akan menuai. Semakin mustika barang yang kita taburkan, semakin lama pertumbuhannya. Sementara semuanya itu bertumbuh, hendaklah kita sabar dan tidak tawar hati.

Dalam 6:10 Paulus berkata, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada saudara-saudara seiman kita.” Berbuat baik dalam ayat ini terutama mengacu kepada pelayanan hal-hal material kepada orang-orang yang memerlukan (2 Kor. 9:6-9). Keluarga iman (saudara-saudari seiman) mengacu kepada anak-anak janji (4:28), semua anak Allah oleh iman dalam Kristus (3:26). Seluruh orang beriman dalam Kristus bersama-sama membentuk rumah tangga universal, keluarga besar Allah. Ini terjadi melalui iman dalam Kristus, bukan oleh perbuatan hukum Taurat. Keluarga ini adalah manusia baru (Kol. 3:10-11), tersusun dari semua anggota Kristus, bersama Kristus sebagai unsur pokok mereka. Karena itu, kita harus berbuat baik, terutama terhadap mereka yang berasal dari keluarga atau rumah tangga iman, tanpa memandang ras dan tingkat sosial mereka (3:28).


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 29

No comments: