Pembacaan Alkitab: Ef. 1:1-3; 4:13
Sekarang kita perlu melihat
penulis Kitab Efesus. Kita tahu penulisnya ialah Rasul Paulus. Efesus 1:1
mengatakan, “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus atas kehendak Allah.” Paulus
dijadikan seorang rasul Kristus bukan oleh manusia, tetapi melalui kehendak
Allah, sesuai dengan ekonomi Allah. Kedudukan ini memberinya otoritas untuk
menjabarkan wahyu tujuan kekal Allah mengenai gereja dalam surat ini. Gereja
dibangun di atas wahyu ini (2:20). Paulus sebagai rasul Kristus ditujukan
kepada kedudukannya, sedang ia sebagai rasul oleh kehendak Allah ditujukan
kepada kekuasaannya. Sebagai seorang rasul yang demikian, Paulus menjadi
penulis kitab ini.
Bagian akhir dari Efesus 1:1-2
menerangkan, “Kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam
Kristus Yesus. Anugerah dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari
Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.” Penerima surat ini ialah orang-orang kudus
di Efesus. Ini ditujukan kepada posisi mereka. Orang-orang kudus adalah
orang-orang yang dijadikan kudus, yang dikuduskan, dipisahkan bagi Allah dari
segala sesuatu yang umum.
Para penerimanya juga adalah
orang-orang “yang setia” (Tl.) dalam Kristus Yesus. Orang-orang yang setia ialah
mereka yang setia dalam iman, yang disebutkan dalam Efesus 4:13, 2 Timotius 4:7
dan Yudas 3. Para penerima ini, orang-orang yang setia dalam Kristus Yesus,
tidak saja memiliki kedudukan yang dikuduskan, juga memiliki kehidupan yang
setia. Mereka hidup dengan setia dalam iman mereka. Untuk memenuhi syarat dan
berkedudukan menjadi penerima surat ini, kita perlu menjadi orang yang
sedemikian. Kita harus menjadi orang-orang yang kudus dan menjadi orang-orang
yang setia dalam Kristus Yesus. Kita harus mempunyai posisi yang dikuduskan dan
kehidupan yang setia.
Anugerah berarti Allah menjadi
kenikmatan kita (Yoh. 1:17, 1 Kor. 15:10). Ketika Allah menjadi bagian kita,
untuk kita nikmati, itulah anugerah. Jangan mengira anugerah sebagai sesuatu
yang lebih rendah daripada Allah. Anugerah tidak lain ialah Allah yang kita
nikmati menjadi bagian kita secara riil.
Damai sejahtera ialah suatu
keadaan yang dihasilkan dari anugerah, berasal dari kenikmatan kita terhadap
Allah Bapa. Tatkala kita menikmati Allah sebagai anugerah, berarti kita berada
dalam suatu keadaan yang penuh perhentian, kepuasan, dan sukacita. Inilah damai
sejahtera. Anugerah ialah suatu substansi, sedang damai sejahtera adalah suatu
keadaan. Substansi anugerah ialah Allah sendiri, dan keadaan damai sejahtera
ialah hasil dari kenikmatan kita terhadap Allah sebagai anugerah. Kita semua
dapat bersaksi, ketika kita menikmati Allah sebagai anugerah, kita pun memiliki
damai sejahtera. Pada baris pertama kidung No: 378 tercantum, “Hayat dan
alangkah teduh (damai).” Hayat adalah anugerah. Ketika kita benar-benar
menikmati Kristus sebagai hayat kita, kita pun beroleh bagian dalam anugerah.
Kemudian kita akan memiliki damai sejahtera. Alangkah hayat! Alangkah damai!
Sekarang kita pun dapat berkata: Alangkah substansi! Alangkah keadaan! Kita
memiliki substansi ilahi menjadi kenikmatan kita, dan kita memiliki keadaan
surgawi. Inilah damai sejahtera yang kita nikmati.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 1
No comments:
Post a Comment