Hitstat

21 September 2012

Galatia - Minggu 23 Jumat


Pembacaan Alkitab: Gal. 6:15-16


Dalam 6:15 Paulus berkata, “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.” Di sini kita nampak bahwa kita tidak boleh menempuh satu kehidupan bersunat, juga bukan kehidupan tidak bersunat, bukan menempuh suatu kehidupan agamis, juga bukan kehidupan yang tidak agamis. Sebaliknya, kita harus memperhidupkan ciptaan baru. Ciptaan baru di sini merupakan totalitas segenap anakanak Allah. Anak-anak Allah adalah ciptaan baru.

Antara ciptaan baru dengan ciptaan lama terdapat satu perbedaan yang mendasar. Hayat dan sifat Allah tidak tergarap ke dalam ciptaan lama, tetapi ciptaan baru memiliki hayat dan sifat ilahi. Adam tidak memiliki hayat dan sifat Allah. Kita hanya dapat menerima hayat dan sifat ilahi melalui percaya kepada Tuhan Yesus dan dilahirkan kembali oleh Roh itu. Ketika kita percaya kepada Kristus, hayat dan sifat Allah diberikan kepada kita dan menjadikan kita suatu ciptaan baru.

Jika kita ingin memperhidupkan ciptaan baru, haruslah kita melakukan segala perkara dalam kesatuan dengan Allah Tritunggal, dan unsur Allah harus tergarap ke dalam ktia. Sebagai contoh, mungkin saya mengasihi seorang saudara menurut hayat alamiah saya, bukan menurut unsur ilahi yang saya terima melalui kelahiran kembali. Karena saudara tertentu ini rupanya sangat rajin, patuh, dan penurut, saya sangat menyukainya. Kasih semacam ini sepenuhnya berasal dari ciptaan lama. Ini adalah kasus orang dalam ciptaan lama mengasihi orang dalam ciptaan lama lainnya. Kalau saya ingin mengasihi saudara ini menurut ciptaan baru, haruslah saya menghukum diri saya sendiri dan kasih alamiah saya, bahkan kasih egoistis saya. Lalu saya perlu mengasihi saudara ini dengan insan saya yang telah dilahirkan kembali serta unsur ilahi. Dalam kasus demikian, saya mengasihi dia bukan karena dia penurut atau baik terhadap saya. Sekalipun dia menyinggung saya, saya tetap mengasihinya, sebab saya tidak hidup oleh hayat alamiah, melainkan oleh unsur ilahi yang ada di dalam saya. Jika demikian kasih saya berasal dari ciptaan baru, yang penuh dengan unsur ilahi. Kasih jenis pertama, kasih alamiah, kasih dalam ciptaan lama, adalah ekspresi kasih dari ciptaan yang telah jatuh. Tetapi kasih jenis kedua, kasih dalam ciptaan baru, adalah ekspresi kasih dari anak Allah.

Yang penting hari ini bukanlah kita bergairah terhadap agama atau tidak bergairah terhadap agama. Yang penting ialah apakah kita memperhidupkan ciptaan baru atau tidak. Memperhidupkan ciptaan baru berarti hidup, bertindak, berperilaku, dan melakukan segala perkara, besar maupun kecil, dengan unsur Allah. Dalam segala yang kita lakukan wajiblah kita tidak bertindak dalam diri kita sendiri, melainkan menurut diri kita yang telah dilahirkan kembali, yang dipenuhi dengan unsur ilahi.

Jika kita hidup “oleh kaidah ini,” kita tidak akan menempuh suatu kehidupan yang agamis atau yang tidak agamis, tetapi kita akan memperhidupkan ciptaan baru sebagai anak-anak Allah. Kaidah atau patokan inilah yang seharusnya menjadi peraturan kita, yakni prinsip dasar kita. Inilah artinya hidup menurut kaidah dasar.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 46

No comments: