Hitstat

11 April 2013

Efesus - Minggu 29 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:25-27


Kita telah melihat bahwa kehendak Allah dalam ekonomi-Nya ialah mendapatkan satu gereja yang mulia. Tegasnya, Allah tidak menginginkan satu gereja yang rohani, surgawi, bahkan yang menang, melainkan menginginkan satu gereja yang mulia. Kemuliaan ialah ekspresi Allah dan itu berbeda sama sekali dengan moralitas dan perilaku manusia. Ketika Allah memenuhi Kemah Pertemuan dan Bait Suci, kedua tempat itu penuh dengan kemuliaan, yaitu penuh dengan manifestasi diri Allah sendiri. Gereja seharusnya menyatakan ciri-ciri kemuliaan, bukan berciri-ciri lain, bahkan bukan berciri-ciri kerohanian. Saya tidak senang mendengar pembicaraan tentang apa yang disebut gereja rohani. Satu-satunya cara Allah untuk dapat mendapatkan satu gereja yang mulia adalah melalui pengudusan, pembersihan, perawatan, dan pemeliharaan Kristus. Bila kita mengalami hal-hal ini secara pribadi dan riil, gereja pasti akan menjadi mulia.

Banyak orang telah dibutakan oleh ajaran-ajaran yang agamis sehingga tidak nampak kedambaan Allah akan satu gereja yang mulia. Di satu pihak, ada beberapa orang mungkin beroleh bantuan dari ajaran-ajaran itu, tetapi di pihak lain, mereka telah dikecewakan olehnya. Ajaran-ajaran yang agamis dapat menghalangi kaum saleh sehingga mereka tidak dapat melihat wahyu gereja yang mulia, dan menyebabkan mereka menuntut perkara-perkara seperti kerohanian, karunia-karunia, atau kemenangan. Kehendak Allah yang terakhir bukanlah menginginkan gereja yang hanya rohani, menang, dan surgawi saja, melainkan gereja yang mulia. Janganlah berharap menjadi malaikat. Malaikat mungkin rohani, surgawi, dan menang, tetapi malaikat tidak mulia, sebab mereka tidak memiliki kemuliaan Allah. Puji Tuhan, kita yang percaya kepada Kristus memiliki kemuliaan Allah! Agama sebenarnya menurunkan orang ke tingkat malaikat. Di bawah pengaruh konsepsi agamis, banyak orang Kristen yang damba menjadi malaikat. Jika kita melihat ekonomi Allah, kita akan menolak pengaruh yang demikian dan damba dipenuhi oleh kemuliaan, agar Allah dapat mencapai sasaran-Nya.

Kita mungkin menang tanpa mulia. Sebagai contoh, seorang saudara boleh jadi merasa senang karena ia telah sukses mengalahkan amarahnya. Mungkin bertahuntahun lamanya ia selalu dikalahkan oleh sifatnya dan sekarang ia telah beroleh kemenangan. Tetapi kemenangan itu boleh jadi sama sekali tanpa kemuliaan. Ekonomi Allah bukan masalah kemenangan atas sifat, melainkan masalah menerima Kristus sebagai hayat dan persona kita dan membiarkan Dia hidup di dalam kita. Hasil dari hal ini ialah ekspresi Allah sebagai kemuliaan. Kita mungkin menang dalam diri kita sendiri, tetapi untuk menjadi mulia kita memerlukan Kristus menjadi hayat dan persona kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 59

No comments: