Hitstat

19 December 2013

Filipi - Minggu 17 Kamis



Pembacaan Alkitab: Yoh. 14:17-20, 20:22


Sasaran menjadi orang Kristen adalah memperhidupkan Kristus. Tidak hanya demikian, nasib yang ditakdirkan Allah bagi kita dalam ekonomi-Nya juga adalah agar kita bisa memperhidupkan Kristus. Kristus adalah jalan kita, sasaran kita, nasib kita, dan tujuan kita.

Kita dapat lebih mudah mengenal apa artinya memperhidupkan Kristus melalui membaca Injil Yohanes. Injil ini mewahyukan bahwa Kristus, Firman itu, adalah Allah (1:1). Pada suatu hari Firman itu menjadi daging (1:14), yakni Allah telah berinkarnasi. Mengenai Firman yang telah menjadi daging, Yohanes Pembaptis menerangkan, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (1:29). Injil Yohanes 3 membicarakan kelahiran kembali. Di sini kita nampak bahwa kita harus dilahirkan oleh Allah melalui Roh dalam roh kita.

Setelah Tuhan Yesus memasuki kebangkitan, Ia datang kepada murid-murid-Nya. Menurut Yohanes 20:22, “Ia menghembusi mereka dan berkata, ‘Terimalah Roh Kudus.’” Kata “roh” dalam bahasa Yunaninya adalah “pneuma”, juga berarti “nafas” atau “udara”. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menyuruh murid-murid menerima nafas kudus. Injil Yohanes memulai dengan Firman dan berlanjut membicarakan Anak Domba dan pokok anggur. Terakhir, dalam Yohanes 20:22, kita nampak bahwa Dia yang adalah Firman, Anak Domba, dan pokok anggur ini juga adalah nafas atau udara untuk kita terima. Di satu aspek, Ia terhembus ke luar, di aspek lain, para murid menghirup ke dalam.

Dalam Yohanes 20:22 Tuhan Yesus menyuruh murid-murid menerima nafas kudus, Roh Kudus. Kita tidak seharusnya menganalisis nafas, tetapi menerimanya melalui menghirupnya ke dalam kita. Sangat disayangkan, banyak orang Kristen hari ini hanya tahu menyelidiki dan mempertimbangkan, mereka tidak mempunyai pengalaman bernafas atau “menghirup udara” ini. A. B. Simpson adalah orang yang mengetahui pengalaman bernafas di dalam Kristus. Satu dari kidungnya dimulai dengan kata-kata: “Padaku hembuslah Roh-Mu, ajarku menghirup-Mu” (Kidung No. 210).

Dalam Injil Yohanes kita nampak satu catatan tentang proses ilahi. Firman yang adalah Allah telah menjadi daging. Akhirnya, setelah melalui penyaliban dan kebangkitan, Dia menjadi nafas kudus agar kita dapat menghirupnya.

Kita tidak dapat hidup tanpa nafas. Untuk menyebut orang mati, kelompok orang tertentu mengatakan bahwa orang itu telah putus nafas. Sudah tentu, putus hayat berarti mati; namun hidup berarti bernafas terus-menerus. Tak peduli kita telah lulus dari berapa sekolah, kita tidak pernah lulus dari bernafas. Tidak ada orang yang dapat berkata karena ia sudah banyak pengetahuan atau matang, maka ia tidak perlu bernafas lagi. Sebaliknya, orang yang semakin berusia semakin memperhatikan pernafasannya. Alangkah ajaibnya, untuk hayat rohani kita, kita memiliki nafas kudus untuk eksistensi kita!


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 34

No comments: