Hitstat

26 December 2013

Filipi - Minggu 18 Kamis



Pembacaan Alkitab: Mat. 28:19; RM. 6:3


Pemikiran dasar dari Alkitab ialah Allah Tritunggal damba menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam manusia agar manusia bisa menerima-Nya sebagai hayat dan memperhidupkan Dia. Untuk memenuhi keinginan ini, Allah Tritunggal telah melalui proses yang ajaib. Inkarnasi dan penyaliban adalah tahapan-tahapan dalam proses ini. Melalui kematian-Nya di atas salib, Kristus telah menanggulangi dosa (sifat), dosa-dosa (perbuatan), dan Iblis. Dia juga telah melepaskan hayat ilahi-Nya. Setelah kematian Kristus yang almuhit, datanglah kebangkitan-Nya. Melalui inkarnasi, Kristus menjadi seorang manusia; melalui penyaliban Dia menanggulangi semua perkara negatif; dan dalam kebangkitan Dia menyalurkan diri-Nya ke dalam orang-orang yang percaya kepada-Nya, sehingga mereka dapat menjadi sehayat dan sesifat dengan-Nya.

Di pihak manusia, manusia diciptakan sebagai bejana untuk menampung Allah. Di pihak Allah, suatu proses tertentu diperlukan. Setelah melalui proses inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan, Allah Tritunggal telah siap untuk masuk ke dalam manusia. Setelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus menyuruh pengikut-pengikut-Nya menjadikan semua bangsa murid-Nya, dan membaptis orang-orang yang percaya ke dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Mat. 28:19). Membaptis kaum beriman ke dalam nama Allah Tritunggal berarti mencelupkan mereka ke dalam persona Allah Tritunggal itu sendiri. Nama menunjukkan persona; dan persona adalah realitas nama. Dalam Surat Kirimannya Paulus membicarakan perihal dibaptis ke dalam Kristus (Rm. 6:3; Gal. 3:27). Membaptis kaum beriman ke dalam Kristus sama dengan membaptis mereka ke dalam persona Allah Tritunggal. Orang-orang yang percaya kepada Kristus dan dibaptis ke dalam Dia menjadi satu dengan Allah Tritunggal, yaitu menjadi sehayat dan sesifat dengan-Nya.

Puji Tuhan, sebagai kaum beriman kita memiliki hayat ilahi dan mengambil bagian dalam sifat ilahi. Dua Petrus 1:4 menunjukkan dengan jelas bahwa kita mengambil bagian dalam kodrat (sifat) ilahi-Nya. Karena kita mengambil bagian dalam sifat ilahi, maka tepat sekali mengatakan bahwa kita bersifat ilahi. Namun, ini sama sekali tidak berarti kita berevolusi menjadi Allah, atau kita akan menjadi Allah sebagai obyek penyembahan. Alkitab tidak mengajarkan bahwa kaum beriman akan menjadi Allah. Akan tetapi, menurut firman Allah, kita yang percaya kepada Kristus benar-benar telah dilahirkan dari Allah. Karenanya, kita adalah anak-anak sejati yang dilahirkan oleh Dia, bukan anak-anak angkat. Karena kita adalah anak-anak Allah, kita memiliki hayat dan sifat Allah. Dengan memiliki hayat dan sifat ilahi, maka kita satu dengan Allah. Tetapi sekali lagi, ini sama sekali tidak berarti kita akan menjadi Allah itu sendiri sebagai obyek penyembahan.

Kelahiran kembali tidak dapat membuat kita menjadi bagian dari ke-Allahan. Mengatakan kaum beriman menjadi bagian dari ke-Allahan sebagai obyek penyembahan itu berarti menghujat Allah. Kita tidak dapat mengambil bagian dalam ke-Allahan. Tetapi kita dapat mengambil bagian dalam sifat ilahi. Mengambil bagian dalam ke-Allahan itu satu hal; mengambil bagian dalam sifat ilahi itu hal lain. Alangkah besarnya berkat karena bersatunya kita dengan Allah dalam hayat dan sifat ilahi.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 36

No comments: