Hitstat

05 November 2015

Ibrani - Minggu 24 Kamis



Pembacaan Alkitab: Ibr. 11:8-19


Ibrani 11 membicarakan sejarah iman dan saksi-saksi iman. Mulai ayat 3-40 menyajikan kepada kita sejarah ringkas tentang iman ‑ dari penciptaan Allah melalui semua generasi umat pilihan Allah, sampai kepada kaum beriman Perjanjian Baru, dan berakhir pada Yerusalem Baru dalam kekekalan ‑ untuk membuktikan bahwa iman adalah jalan satu-satunya bagi para pencari Allah untuk menerima janji-Nya dan menempuh jalan-Nya. Setiap orang yang terlibat dalam sejarah iman ini ialah seorang saksi. Jadi, Ibrani 11 tidak hanya membicarakan masalah iman dan sejarah iman, tetapi juga saksi-saksinya. Saksi di sini berarti orang yang bersaksi, bukan kesaksiannya. Setiap saksi ialah seorang yang martir, yakni orang yang berkorban jiwa karena kesaksian iman. Dalam berita ini kita akan melihat sejarah iman, khususnya menitikberatkan pada perampungan sempurna sejarah iman, sebab hal ini sangat erat kaitannya dengan kita.

Abraham disebut bapa iman. Karena iman ia mematuhi panggilan Allah untuk meninggalkan kampung halamannya, dan tinggal sebagai orang asing di tanah perjanjian (Ibr. 11:8-9). Dengan menaati perintah Allah, Abraham keluar dari Ur-kasdim "tanpa mengetahui tempat yang ditujunya." Hal itu memberi kesempatan yang konstan kepada Abraham untuk melatih imannya, bersandar kepada Allah bagi pimpinan-Nya yang seketika, dengan penyertaan Allah sebagai peta perjalanannya. Ayat 10 mengatakan bahwa karena iman, Abraham "menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah." Ini adalah kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi (12:22), Yerusalem yang di atas (Gal. 4:26), kota kudus, Yerusalem Baru (Why. 21:2; 3:12), yang Allah siapkan untuk umat-Nya (ayat 16), dan kemah Allah yang di dalamnya Allah akan tinggal bersama manusia hingga kekal (Why. 21:3). Sama seperti para leluhur menantikan kota ini, demikian juga kita mencarinya (13:14).

Karena iman pula Abraham mempersembahkan Ishak "karena ia berpikir bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang, sekalipun dari antara orang mati dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali" (ayat 17, 19). Ayat 12, yang menyinggung Abraham, mengatakan, "Itulah sebabnya, dari satu orang, malahan orang yang sudah sangat lemah, terpancar keturunan besar, seperti bintang, di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya." Bintang di langit melambangkan keturunan surgawi Abraham, keturunan iman (Gal. 3:7, 29); sedangkan pasir di tepi laut melambangkan keturunan bumiah Abraham, keturunan dalam daging.

Ibrani 11:13 membicarakan Abraham dengan leluhur lainnya, "Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini." Abraham adalah orang Ibrani pertama (Kej. 14:13), penyeberang sungai. Dia meninggalkan Kasdim, negeri berhala yang terkutuk, menyeberangi sungai, Sungai Ferath atau Efrat (Yos. 24:2-3), dan datang ke Kanaan, tanah permai yang diberkati. Namun dia tidak menetap di sana; melainkan dia singgah di negeri yang dijanjikan itu sebagai seorang musafir, bahkan sebagai seorang asing, orang yang meninggalkan negeri asalnya, merindukan negeri yang lebih baik, negeri yang surgawi (ayat 16), mencari negerinya sendiri (ayat 14). Ini mungkin menyiratkan bahwa dia telah siap menyeberangi sungai yang lain, dari sisi bumiah ke sisi surgawi. Ishak dan Yakub mengikuti dia dalam langkah-langkah yang sama, hidup di bumi sebagai orang asing dan pendatang, dan menunggu kota yang dibangun Allah yang memiliki pondasi (ayat 10). Firman dalam ayat 9-16 mungkin menyiratkan bahwa penulis kitab ini bermaksud mengingatkan kaum beriman Ibrani terhadap fakta bahwa mereka sebagai orang Ibrani yang sejati harus mengikuti nenek moyang mereka, menganggap diri mereka sendiri sebagai orang asing dan pendatang di bumi ini, dan mencari negeri surgawi, yang lebih baik daripada yang bumiah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 48

No comments: