Hitstat

20 November 2015

Ibrani - Minggu 26 Jumat



Pembacaan Alkitab: Ibr. 12:15-17


Ibrani 12:28 mengatakan, "Marilah kita menerima anugerah dan beribadah kepada Allah menurut cara yang, berkenan kepada‑Nya, dengan hormat dan takut" (Tl). Kaum beriman Ibrani tetap tinggal dalam jalan perjanjian yang baru, adalah menerima anugerah. Kita semua perlu menggunakan anugerah, dan saling membantu dalam, menggunakan anugerah. Asal kita mau menggunakan sedikit anugerah saja, seluruh keadaan akan berubah. Adakalanya ketika seorang saudara sedang duduk bersama istrinya di meja makan, suasananya sangat kelam. Dalam suasana demikian, saya selalu menganjuri sang istri untuk lebih dulu menggunakan anugerah. Kalau ia berbuat demikian, ruang makan itu akan berubah menjadi terang, dan sang suami akan berkata, "Puji Tuhan!" Anugerah benar‑benar merupakan makanan yang paling sehat.

Ibrani 12:15-16 memperlihatkan kepada kita tiga penyebab orang jatuh dan meninggalkan anugerah Allah: akar pahit, percabulan, dan nafsu yang rendah. Menurut yang tersirat dari konteks kitab ini, akar pahit pastilah penganut Yudaisme yang menyebabkan kaum beriman Ibrani menyimpang dari anugerah Allah kepada liturgi Yudaisme, sehingga mencemari diri mereka sendiri di pandangan Allah, menyia‑nyiakan kekudusan Allah. Penganut agama Yahudi berusaha meyakinkan kaum beriman Ibrani bahwa jalan perjanjian yang baru itu salah, jalan perjanjian yang lama itulah yang benar.

Penyebab kedua dari jatuh dan meninggalkan anugerah Allah ialah percabulan. Sewaktu Paulus menuhs ayat 16, ia tentu teringat akan kisah Ruben, putra Yakub yang pertama yang melampiaskan hawa nafsu, dagingnya sehingga kehilangan hak kesulungannya (Kej. 49:3‑4; 1 Taw. 5:1). Karena keinginan daging, maka orang cabul telah dijauhkan dari kenikmatan atas Kristus dalam perjanjian yang baru dari Allah. Tidak ada satu hal yang lebih merusak umat Allah daripada percabulan. Kita harus menjauhkan diri darinya. Orang‑orang cabul sama seperti Ruben, akan kehilangan berkat kesulungan karena dicemari oleh hawa nafsunya.

Penyebab ketiga ialah bernafsu rendah, yakni orang-orang yang mengasihi dunia dan hal‑hal duniawi, dan yang tertawan oleh kesenangan jasmani. Seperti halnya dengan Esau yang menjual hak kesulungannya karena sedikit makanan (Kej. 25:29‑34). Hak kesulungan Esau sebagai putra sulung Ishak adalah bagian ganda atas tanah. Jabatan imam, dan jabatan raja. Karena kesenangannya akan hal-hal duniawi, ia melepaskan hak kesulungannya, maka bagian ganda atas tanah itu diberikan kepada Yusuf (1 Taw. 5:1‑2), jabatan imam diberikan kepada Lewi (Ul. 33:8‑10), dan jabatan raja diberikan kepada Yehuda (Kej. 49:10; 1 Taw. 5:2). Menyinggung tentang Esau ini, ayat 17 mengatakan, "Sebab kamu tahu bahwa kemudian, ketika Ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk bertobat (memperhaiki kesalahannya), sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata." Perkataan "tidak beroleh kesempatan untuk bertobat" bukan berarti Esau tidak mempunyai kedudukan untuk bertobat, melainkan berarti dia tidak mempunyai kedudukan, tidak mempunyai jalan untuk balik dengan menyesali akibat dari apa yang telah dia lakukan.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 52

No comments: