Hitstat

16 November 2015

Ibrani - Minggu 26 Senin



Pembacaan Alkitab: Ibr. 12:5-14


Allah menghendaki kaum beriman Ibrani menjadi kudus dan mutlak terpisah bagi‑Nya, tidak tertinggal dan menjadi awan dalam agama Yahudi (12:14; 3:1), melainkan masuk ke dalam tempat maha kudus (10:19, 22). Kekudusan sejati berarti memasuki tempat maha kudus. Sekali kita masuk ke dalam tempat maha kudus, itu berarti sudah mencapai puncak kekudusan. Tidak ada tempat lain yang dapat memungkinkan kita lebih kudus daripada tempat maha kudus ini.

Masuk ke dalam tempat maha kudus tidak melulu merupakan masalah berada dalam kemuliaan Allah, sebab hal ini pun masih berada di luar, yaitu di permukaan. Meskipun kita, sudah berada dalam kemuliaan di tempat maha kudus, kita masih perlu mengalami isi tabut perjanjian. Bahkan dalam tabut ini pun ada sesuatu yang tersembunyi ‑ manna yang tersembunyi dalam buli‑buli emas. Manna yang tersembunyi ini berdekatan dengan dengan loh kesaksian, yaitu bagian ultima (terakhir) dari pengalaman kita terhadap Kristus. Menjadi kudus berarti mencapai titik tertinggi dalam pengalaman kita, terhadap Kristus, juga berarti mengalami hukum hayat. Tidak ada suatu hal yang dapat menguduskan kita lebih subyektif daripada hukum hayat, sebab Ia menggarapkan sifat Allah yang kudus -‑ kekudusan sejati ‑- ke dalam insani kita. Sifat ilahi Allah ialah unsur pokok kekudusan. Kecuali hukum hayat, tidak ada lainnya yang dapat menggarapkan sifat ilahi Allah ke dalam diri kita. Hanya ketika kita mengalami hukum hayat, barulah kita benar‑benar menjadi kudus.

Sasaran Surat Ibrani ialah membawa kita masuk ke dalam tempat maha kudus, agar kita dapat mengalami isi tabut kesaksian. Isi tabut, mencakup tiga benda: manna yang tersembunyi, tongkat yang bertunas, dan loh hukum. Baik manna yang tersembunyi maupun tongkat yang bertunas adalah untuk kenikmatan dan hak kita, tetapi loh hukum adalah untuk pekerjaan Allah. Melalui hukum ini Allah menggarapkan diri‑Nya ke dalam kita. Jadi, kalau kita ingin menjadi kudus seluruhnya, kita harus mengalami hukum hayat, sebab melalui hukum, hayat Allah menggarapkan diri‑Nya ke dalam kita, menjadi kekudusan kita yang sejati.

Ibrani 12:7 ditujukan pada penganiayaan yang diderita kaum beriman Ibrani, yaitu "Jika kamu harus menanggung ganjaran Allah." Dari sudut pandang Allah, penganiayaan dari Yudaisme yang diderita oleh kaum beriman Ibrani adalah suatu pendisiplinan, suatu ganjaran. Mereka menerima ganjaran supaya mereka dapat dipisahkan dari perkara‑perkara duniawi, dan berpaling kepada kekudusan Allah.

Ayat 10 mengatakan, "Sebab mereka mendidik (mengganjar) kita dalam waktu yang singkat sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar (mengganjar) kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan‑Nya." Ganjaran ialah perlakuan Bapa terhadap anak‑anak‑Nya, supaya mereka beroleh bagian dalam kekudusan‑Nya. Ganjaran, perlakuan, hajaran Allah bermaksud membawa kita ke dalam kehendak‑Nya, agar kita menolak segala sesuatu yang di luar tempat maha kudus, dan masuk ke dalam tempat maha kudus, di mana kita memiliki kekudusan sejati. Akan tetapi, seperti halnya dengan kaum beriman Ibrani kuno, banyak di antara kita yang enggan bekerja sama dengan Allah sedemikian. Itulah sebabnya, di bawah kedaulatan‑Nya, Ia mengganjar kita supaya kita dapat dibawa ke dalam kehendak‑Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 51

No comments: