Hitstat

10 November 2015

Ibrani - Minggu 25 Selasa



Pembacaan Alkitab: 2 Ptr. 1:1


Kini mari kita melihat masalah transfusi iman. Seperti telah kita lihat, menurut manusia alamiah kita, kita tidak memiliki kemampuan untuk percaya. Dalam alamiah kita tidak ada unsur iman. Secara alamiah, kita hanya memiliki kemampuan tidak percaya, yakni kemampuan yang tidak mau percaya.

Iman yang menyelamatkan kita bukan berasal dari diri kita, melainkan merupakan anugerah yang kita peroleh dari Allah. Allah itu sumber dan Pemberi iman, dan kita adalah penerima karunia ilahi ini. Allah menaruh sesuatu ke dalam kita, dan hal itu menjadi iman kita. Dua Petrus 1:1 mengatakan bahwa kita "telah beroleh satu iman yang sama mustikanya." (TI.) Iman ini mustika, karena iman adalah karunia yang Allah berikan kepada kita.

Ketika kita menengadah kepada Yesus, Ia mentransfusikan diri‑Nya sebagai unsur percaya ke dalam kita, sehingga Ia menjadi iman kita. Kita sudah nampak bahwa iman, kemampuan mensubstansiasi itu seperti indra yang keenam. Indra substansiasi ini kita peroleh melalui pemberitaan Injil. Pemberitaan Injil yang tepat bukan hanya suatu pengajaran, tetapi juga suatu transfusi. Misalkan, sekarang saya memberitakan Injil kepada orang‑orang berdosa. Sebelum saya memberitakannya, saya harus terlebih dulu menerima sesuatu dari Tuhan. Kemudian, ketika saya memberitakannya, apa yang saya terima tadi akan seperti arus listrik yang masuk ke dalam para pendengar. Ketika saya berkhotbah dan mereka sedang memperhatikan dan mendengar, ada sesuatu yang dengan spontan dan tanpa disadari ditransfusikan ke dalam mereka. Walaupun mereka mungkin menggelengkan kepala, tidak menyetujui perkataan saya, akan tetapi di dalam lubuk batin mereka sudah percaya kepada khotbah saya. Walau, mungkin sebagian orang akan berkata kepada dirinya sendiri bahwa percaya Tuhan Yesus itu perbuatan yang bodoh, namun ada sesuatu dalam batin mereka yang bereaksi terus, dan akhirnya membawa mereka pada titik di mana mereka. harus berkata, "Terima kasih, Tuhan Yesus. Engkau sungguh baik. Tuhan, Engkaulah Juruselamatku!" Karena ada suatu unsur telah ditransfusikan ke dalam mereka, maka mereka dapat percaya kepada Tuhan. Saya tahu banyak orang yang keras kepala, tidak mau menyatakan dalam sidang bahwa dirinya telah percaya Tuhan Yesus, tetapi setelah pulang, hati mereka tidak damai, sebab ada sesuatu yang terus mengusik batin mereka. Ketika ada sidang penginjilan lagi, mereka berkata, "Aku ingin pergi mendengarkan lagi!" Itulah akibat transfusi iman dari Allah melalui pemberitaan Injil.

Setiap pemberita Injil seharusnya adalah orang yang memiliki daya tarik. Terlebih dulu Ia sendiri harus telah tertarik, kemudian baru ia bisa menarik orang lain. Apa yang ia katakan mungkin kurang logis, tetapi harus seperti aki yang sudah diisi penuh, sehingga para pendengar akan tertarik. Itulah sebabnya, gereja harus banyak berdoa bila akan memberitakan Injil. Semakin banyak berdoa, semakin banyak daya tarik sidang Injil. Pemberita Injil itu sendiri harus berdoa sedemikian rupa hingga ia dipenuhi oleh daya tarik surgawi, bahkan dipenuhi oleh unsur‑unsur ilahi. Kalau ia telah terisi dan dipenuhi dengan daya tarik, sewaktu ia berdiri di hadapan orang, ia akan merasa ada sesuatu yang ditransfusikan ke dalam mereka. Karena itu sampai-sampai ada orang takut kepada penginjil yang sedemikian, dan berkata, "Jangan melihat dia. Kalau kamu melihatnya, kamu akan terpikat olehnya, karena ia amat menarik." Itulah kuasa Injil. Beberapa pemberita Injil mungkin fasih berbicara dan berpengetahuan, tetapi tanpa daya tarik. Pemberita Injil boleh jadi kekurangan fasih lidah atau kepandaian bertutur‑kata, namun karena ia sangat menarik, maka begitu orang mendengar kata‑katanya, mereka tertarik olehnya. Melalui penginjil yang menarik itu, ada unsur‑unsur yang ditransfusikan ke dalam mereka, dan siapa pun tidak dapat merebut unsur itu dari dalam mereka. Unsur yang ditransfusikan itulah iman.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 49

No comments: