Hitstat

02 November 2015

Ibrani - Minggu 24 Senin



Pembacaan Alkitab: Ibr. 10:38-39


Dalam sepuluh pasal pertama Surat Ibrani kita nampak perbandingan yang sangat jelas, lengkap, dan tuntas antara ekonomi Allah dengan agama manusia. Setelah menyajikan perbandingan yang menyeluruh antara Yudaisme dengan ekonomi Allah dalam sepuluh pasal pertama, kitab ini berpesan kepada kaum beriman Ibrani, yang berada dalam bahaya berpaling kembali dan undur, agar hidup, berjalan, maju oleh iman (10:38-39), bukan berdasarkan apa yang kelihatan (2 Kor. 5:7). Kemudian dalam pasal 11 menjelaskan definisi iman menurut sejarah iman.

Sebelum membahas masalah iman, saya ingin menambahkan beberapa kata lagi tentang keselamatan jiwa. Kini kita semua adalah pengikut Kristus, jika kita ingin mengikuti-Nya seturut ekonomi Allah, kita harus membayar harga. Jika hari ini kita tidak mau membayar harga untuk kehilangan jiwa kita, berarti kita tidak mau kehilangan kenikmatan jiwani atau hiburan duniawi pada zaman ini, juga berarti kita tidak mau memberikan kesempatan bagi hukum hayat untuk menggarapkan Kristus ke dalam kita. Kita semua harus dapat berkata, "Aku mau membayar harga apa pun, agar hukum hayat mendapat kesempatan untuk menggarapkan Kristus ke dalam setiap bagian dari diriku." Inilah artinya kita disempurnakan, dan ini juga arti dimuliakan. Pemuliaan kita di masa yang akan datang adalah beroleh jiwa. Jika kita maju ke depan, kita akan tetap menjadi bahan-bahan yang baik bagi hukum hayat untuk menggarapkan Kristus ke dalam diri kita. Jika mengundurkan diri, bahan-bahan baik ini akan dirusak oleh kenikmatan jiwani, hiburan duniawi, dan kegiatan agamis.

Binasa atau rusak berarti hari ini kita menyelamatkan jiwa kita, dan kehilangan jiwa di kemudian hari. Ini juga berarti kita menjual hak kesulungan pemuliaan, yaitu meninggalkan hak kita untuk mencapai kesempurnaan yang penuh. Untuk memberi dorongan kepada kaum beriman Ibrani agar mereka maju dalam hal ini, pada akhir pasal 10 penulis mengatakan bahwa kita adalah orang-orang yang "percaya dan beroleh jiwa" (Tl.). Setelah menyajikan perbandingan yang menyeluruh antara Yudaisme dengan ekonomi Allah dalam sepuluh pasal pertama, kitab ini berpesan kepada kaum beriman Ibrani untuk maju ke depan oleh iman. Selanjutnya, dalam pasal 11, ia menampilkan jalan iman yang unik.

Dalam surat ini, iman pertama-tama dibicarakan dalam pasal 3 dan 4. Dalam 4:2 kita nampak iman adalah jalan yang unik untuk menerima firman Injil. Injil yang tepat adalah Injil wasiat. Jika seseorang ingin menerima Injil wasiat, ia harus memiliki iman. Misalkan, seseorang menyerahkan sebuah dokumen yang di dalamnya tercatat sejumlah besar uang yang telah didepositokan di dalam bank atas nama Anda. Bila Anda mau menerima dokumen itu, Anda perlu memiliki iman. Kalau Anda tidak beriman, Anda akan berkata, "Ah, ini cuma sehelai kertas saja, tidak ada artinya bagiku!" Ketika kita memberitakan Injil, kita harus menginfuskan iman ke dalam hati orang. Kuasa pemberitaan Injil yang tepat tidak lain ialah membuat orang-orang itu terinfus dengan iman sedemikian rupa sehingga mereka percaya akan apa yang kita beritakan. Agar dapat menerima firman Injil, orang harus memiliki iman.

Ibrani 6:1 mengatakan tentang "kepercayaan kepada Allah." Karena kita tidak dapat melihat Allah, hanya dengan imanlah baru kita bisa memperoleh-Nya. Walaupun Allah itu agung dan ajaib, namun ada orang berkata, "Bagiku, Allah tidak terhitung." Jika kita beriman, Allah adalah segala sesuatu. Jika kita tidak beriman, Allah akan menjadi bukan apa-apa bagi kita. Setiap kali kita memberitakan Allah kepada orang, kita harus dapat menginfuskan iman kepada orang; jika tidak, apa pun yang kita beritakan akan sia-sia. Kalau orang ingin memahami Allah, mereka harus mempunyai iman.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 47

No comments: