Hitstat

28 August 2018

Markus - Minggu 12 Selasa


Pembacaan Alkitab: Mrk. 7:24-30
Doa baca: “Lalu Yesus berkata kepadanya: 'Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.' ” (Mrk. 7:27)


Tuhan sebagai Roti yang Merawat


Kata Yunani “oikonomia,” berasal dari akar kata yang berarti membagikan makanan. Suatu contoh, Yusuf membagikan makanan di Mesir. Sebagai orang yang membagikan makanan kepada orang lain, ia adalah seorang pengurus rumah tangga yang baik, yang melaksanakan tugas kepengurusan rumah tangga. Pekerjaan kepengurusan rumah tangga ini adalah oikonomia, penyaluran suplai makanan.

Kita bisa mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Yusuf yang sejati. Dalam Markus 7, kita nampak Dia menyalurkan diri-Nya sebagai roti, sebagai makanan yang bergizi. Ia menyalurkan diri-Nya sendiri sebagai unsur suplai hayat untuk mengenyangkan orang-orang yang lapar.

Banyak orang yang menerima manfaat dari ministri Tuhan tidak menyadari bahwa ketika Ia melayani mereka, Ia sedang merawat mereka. Demikian pula, banyak orang Kristen hari ini tidak tahu bahwa Tuhan ingin menyalurkan diri-Nya sendiri sebagai roti. Sebagian orang Kristen menjunjung tinggi penyembuhan dan mukjizat-mukjizat. Akan tetapi, pernahkah Anda mendengar bahwa penyembuhan sejati dan mukjizat sejati tidak lain ialah agar Tuhan dapat merawat orang-orang yang lapar? Sebenarnya, Ia tidak melakukan mukjizat, melainkan sedang menyalurkan diri-Nya sendiri sebagai roti, sebagai suplai makanan.

Pernahkah Anda menyadari bahwa Injil Markus menyatakan Tuhan Yesus sebagai roti kita? Karena catatan Injil ini bersifat progresif, yakni maju selangkah demi selangkah dan naik setahap demi setahap, akhirnya sampailah kita pada perkara penting yakni Tuhan Yesus sebagai roti kita. Jika kita tidak memiliki firman Tuhan perihal diri-Nya sebagai roti anak-anak, kita tidak akan mengerti bahwa dalam pelayanan Injil-Nya, Ia menyalurkan diri-Nya sendiri sebagai roti kita


Sumber: Pelajaran-Hayat Markus, Buku 1, Berita 22

No comments: