Ibrani 1:3 mengatakan bahwa
Kristus, Anak Allah, adalah cahaya kemuliaan Allah. Allah mempunyai satu
kemuliaan, dan cahaya atau pancaran kemuliaan-Nya ialah Anak-Nya. Jika Anda
mempelajari dengan seksama perihal kemuliaan dalam Alkitab, Anda akan
mengetahui bahwa kemuliaan adalah Allah yang terekspresi. Bila Allah
terekspresi, itulah kemuliaan. Kita boleh mengambil listrik sebagai contoh.
Listrik itu tersembunyi, tetapi bila diekspresikan sebagai terang, terang itu
adalah kemuliaan listrik. Begitu pula, bila Allah tersembunyi, kita tidak dapat
nampak kemuliaan-Nya, tetapi bila Ia terekspresi, kemuliaan-Nya ternyatakan.
Karena itu, kemuliaan berarti Allah terekspresi. Begitu didirikan, tabernakel
dipenuhi oleh kemuliaan Allah (Kel. 40:34). Kemuliaan itu adalah ekspresi
Allah. Seprinsip dengan ini, Anak Allah datang sebagai cahaya kemuliaan Allah
yang berarti Dia adalah ekspresi Allah. Tidak ada seorang pun yang pernah
melihat Allah, tetapi kita telah nampak kemuliaan Anak Tunggal-Nya.
Kemuliaan anugerah Allah
menandakan bahwa anugerah Allah, yang adalah diri-Nya sendiri sebagai
kenikmatan kita, mengekspresikan Dia. Allah terekspresikan dalam anugerah-Nya,
dan penentuan-Nya adalah untuk kepujian ekspresi ini. Ketika kita menerima
anugerah dan menikmati Allah, kita memiliki perasaan mulia, walaupun kita
mungkin tidak mempunyai kata-kata untuk mengekspresikan perasaan itu. Kadang
kala setelah selesai suatu sidang yang indah, kita dipenuhi oleh anugerah dan
kita berkata, “Alangkah mulianya!” Ini berarti Allah terekspresi dalam
anugerah-Nya.
Kita telah nampak bahwa anugerah
itu berarti Allah sendiri menjadi kenikmatan kita, kemuliaan berarti
terekspresinya Allah, dan kemuliaan anugerah Allah berarti Allah diekspresikan
dalam kenikmatan kita terhadap-Nya. Sekarang kita harus meninjau aspek yang
tersulit dalam berita ini, yaitu makna pujian dalam ayat 6. Apa maksud pujian
kemuliaan anugerah Allah? Pernahkah Anda memuji Allah karena keputraan? Kita,
anak-anak Allah, tidak banyak memuji-muji Allah. Biasanya kita bersyukur
kepada-Nya saja. Ketika kita mengatakan, “Puji Tuhan,” maksud kita sering
berarti, “Syukur kepada Tuhan”. Bersyukur kepada Allah berarti kita berterima
kasih untuk suatu kebaikan Allah. Tetapi tatkala kita memuji Allah, itu
terutama berarti memuji-Nya atas apa ada-Nya atau perbuatan-Nya, tidak peduli
kita menerima suatu kebaikan dari Dia atau tidak. Dalam memuji Allah Anda harus
melupakan diri sendiri dan keluar dari diri sendiri. Ketika Anda benar-benar
memuji Allah, seolah-olah diri Anda sendiri tidak ada. Anda hanya nampak apa adanya
Allah dan apa yang Dia lakukan.
Karena itu, Anda memuji-Nya dan
mengatakan kata-kata indah tentang Dia. Dengan perumpamaan yang ekstrem,
seandainya Allah menyuruh Anda turun ke neraka, dapatkah Anda memuji-Nya? Jika
Anda benar-benar mengenal Allah, Anda dapat berkata, “Ya Allah, sekalipun
Engkau menyuruh aku turun ke neraka, aku akan tetap memuji-Mu, sebab Engkau
adalah Allah.” Oh, betapa perlunya kita belajar memuji-Nya!
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 5
No comments:
Post a Comment