Hitstat

16 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 3 Selasa

Ketaatan Maria dan Kerjasama Yusuf
1 Petrus 1:14
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.

Menurut Lukas 1:26-28, kelahiran Kristus terjadi melalui ketaatan Maria. Bagi seorang perempuan muda yang belum menikah seperti Maria, alangkah sulitnya menerima amanat untuk mengandung seorang anak. Seandainya saat itu kita berada di posisi Maria, kita pasti menolak untuk mengandung, karena hal itu tidak sesuai dengan nilai-nilai moral, etika, maupun hukum agama yang berlaku. Selain itu, Maria juga pasti akan mempertimbangkan bagaimana penilaian Yusuf, calon suaminya terhadap dirinya, bila Yusuf mengetahui bahwa dirinya telah mengandung. Siapakah di antara kita yang mau menerima amanat sedemikian ini?
Tetapi, setelah mendengar perkataan malaikat, Maria berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Perkataan ini kelihatannya sederhana, tetapi harganya sangat tinggi. Untuk melahirkan Kristus, Maria telah membayar harga yang sangat tinggi – harga atas seluruh dirinya. O, kelahiran Kristus tidaklah murahan. Kalau kita mau melahirkan Kristus ke dalam orang lain, kita harus membayar harga. Maria telah membayar harga dengan masuk ke dalam suatu pilihan yang sangat sulit.
Pada prinsipnya, kapan kala kita mau menerima amanat untuk melayani Kristus, kita akan menemukan bahwa diri kita segera terbentur kesulitan. Semua malaikat akan memahami kita, tetapi tidak seorang manusia pun yang mau mengerti. Jangan sekali-kali mengharapkan seseorang akan bersikap seperti malaikat Gabriel kepada kita. Sebaliknya, sebagian besar orang akan salah paham terhadap kita. Bahkan orang yang paling dekat dengan kitalah yang paling salah paham. Menurut pandangan manusia, taat kepada Tuhan, mengasihi Tuhan, berkorban segala bagi Tuhan, sungguh tidak logis. Walau demikian, kehadiran Kristus sebagian besar akan digenapkan melalui ketaatan kita.

Mat. 1:18-25; 5:11

Matius 1:18 mencatat bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus, sebelum Maria dan Yusuf hidup sebagai suami istri. Ketaatan Maria telah membuka jalan bagi Roh Kudus demi keterkandungan Yesus. Ketaatan Maria ditambah dengan pekerjaan Roh Kudus telah memberikan kesempatan bagi Allah untuk berinkarnasi. Matius 1:19-20 kemudian mencatat pula, “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.’” Meskipun telah ada kuasa kedaulatan Allah, ketaatan Maria, dan kekuatan Roh Kudus, namun penggenapan nubuat tentang kelahiran Yesus masih memerlukan ketaatan dan kerja sama Yusuf (Mat. 1:19-21, 24-25). Pada malam itu, ketika Yusuf tengah mempertimbangkan maksudnya untuk menceraikan Maria dengan diam-diam, malaikat datang dan berbicara kepadanya. Yusuf pun menaati perkataan malaikat itu (Mat. 1:24-25).
Pelajaran apakah yang bisa kita pelajari dari peristiwa ini? Pertama, kita harus meneladani Yusuf. Walau saat itu Yusuf masih muda, tetapi ia tidak bersikap kasar terhadap Maria atau terburu-buru memutuskan sesuatu; sebaliknya ia menaruh banyak pertimbangan. Sebagai orang muda, janganlah mengambil suatu keputusan atau bertindak dengan tergesa-gesa. Ketergesaan seringkali memberi kesempatan bagi Iblis untuk menyelinap masuk. Belajarlah membawa pertimbangan dan maksud hati kita dalam doa, sehingga memberi kesempatan bagi Tuhan untuk berbicara. Kedua, dengan menerima Maria, Yusuf pasti menanggung malu. Yusuf rela menderita malu demi Tuhan. Melayani Kristus, melahirkan Kristus, seringkali menuntut kita berkorban, membuat kita menderita malu. Tetapi Tuhan berkata, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat” (Mat. 5:11).

Doa:
Tuhan Yesus, bagiku Engkaulah perisai yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati. Engkaulah yang melihat kesusahan dan kesesakan hati. Kepada-Mulah aku, orang yang lemah, menyerahkan diri; dan Engkau menjadi penolong. Keinginan orang-orang yang tertindas telah Kaudengarkan, ya TUHAN; Engkau menguatkan hatiku, Engkau memasang telinga-Mu terhadap seruanku. Berilah aku karunia, hati yang taat kepada-Mu.

No comments: