Hitstat

17 November 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 4 Selasa

Perlu Belajar Memperhatikan Orang Lain
Lukas 6:41
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?

Ayat Bacaan: Luk. 6:41; Flp. 2:4

Sebagai anak-anak Allah yang hidup di dalam roh yang rendah hati, kita pertama-tama harus mengeluarkan balok yang ada di dalam mata kita sendiri ketika kita melihat selumbar di dalam mata saudara kita. Serpihan kayu dalam mata saudara kita itu seharusnya mengingatkan kita akan balok yang ada di dalam mata kita sendiri. Selama balok itu tetap ada di dalam mata kita, maka pandangan kita akan kabur, dan kita tidak akan melihat dengan jelas. Di sini bukan berarti Tuhan menyuruh kita memperhatikan diri sendiri, melainkan memperhatikan kepentingan orang lain (Flp. 2:4).
Dalam hal menunjukkan kesalahan orang lain, kita harus menyadari bahwa kita mempunyai kesalahan yang lebih besar. Kesalahan saudara kita diibaratkan seperti selumbar dan kesalahan kita seperti balok. Ketika kita mencoba menunjukkan kesalahan seseorang, kita seharusnya lebih dahulu memperhatikan kesalahan diri sendiri, bukannya kesalahan orang lain.
Jika kita menilai besarnya kesalahan orang lain sebesar balok, itu menunjukkan bahwa kita hanya memperhatikan kesalahannya, bukan orangnya. Bila kita benar-benar memperhatikan atau mempedulikan orang lain, kita tentu tidak hanya memperhatikan kesalahannya, sebaliknya kita akan mengatakan kepada diri sendiri, “Kesalahannya hanyalah serpihan kayu jika dibandingkan dengan kesalahanku yang adalah sebesar balok. Karena itu dengan senang hati aku akan melupakan kesalahannya.”
Dalam mengikuti Tuhan, kita tidak boleh mempunyai ambisi, perbandingan, persaingan, atau iri hati. Sebab itu, jangan sekali-kali mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi anggaplah orang lain selalu lebih hebat daripada diri kita. Jangan membanggakan apa yang telah kita rampungkan atau iri terhadap apa yang telah dikerjakan oleh orang lain ataupun menghakimi kesalahan-kesalahan orang lain. Meskipun kita benar-benar tahu bahwa apa yang dikerjakan saudara kita ada kekurangan, kita bukan hanya tidak seharusnya mengkritik dia, bahkan kita seharusnya membantu dia. Kita diutus Tuhan bukan untuk mengukur saudara kita dengan “tongkat pengukur” melainkan untuk melayankan Kristus kepada dia. Untuk itu kita harus belajar merendahkan diri.

No comments: