Hitstat

04 February 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 3 Kamis

Perkara Menyandung dan Mengampuni

Lukas 17:3

Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.

 

Ayat Bacaan: Luk. 17:1-4; Flp. 1:27

 

Agar Injil dapat diberitakan dengan leluasa kepada sanak keluarga kita, juga kepada teman-teman dan handai taulan kita, maka diperlukan suatu kesaksian yang baik di atas diri kita, suatu kehidupan yang memperhidupkan Injil. Rasul Paulus menyebut kehidupan yang demikian sebagai kehidupan yang berpadanan dengan Injil (Flp 1:27). Dalam Lukas 17:1-4 setidaknya ada dua butir penting yang harus kita perhatikan. Pertama, kita tidak boleh menyandung (menyesatkan, LAI) orang lain; kedua, kita harus belajar mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Sebagai anak-anak Allah, kita tidak boleh menyandung orang lain. Sebaliknya, kita harus berusaha sedapatnya untuk membangun, melindungi, dan menyempurnakan mereka. Semakin lemah seseorang, justru kita harus semakin berhati-hati dalam berkata-kata maupun dalam bertindak terhadapnya. Namun faktanya, mudah sekali kita menyandung orang yang lebih lemah, baik melalui perkataan maupun tindakan kita. Hal demikian tidak dapat dibenarkan oleh Tuhan (Luk. 17:2). Agar tidak mudah menyandung orang lain, kita perlu memiliki salah satu aspek dari moralitas Kristus, yakni kerendahan hati. Bila kita cukup rendah hati, maka kita akan dapat menerima segala macam orang dan lapang terhadap segala kelemahan mereka.

Selanjutnya, jika ada orang yang bersalah kepada kita, kita harus selalu siap dan rela mengampuni (Luk. 17:3-4). Bagi kita orang Kristen, kita tidak seharusnya mempunyai pemikiran ingin membalas dendam. Jangan mengingat-ingat kesalahan orang lain. Mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain merupakan aspek lain dari moralitas Kristus yang harus kita miliki. Kalau di antara anak-anak Allah terdapat sikap yang tidak mau mengampuni, maka semua pelajaran, iman, dan kuasa rohani akan bocor.

Saudara saudari kekasih, dapat tidaknya kita dipakai oleh Tuhan sebagai saluran Injil-Nya, sangat tergantung dari kapasitas kita untuk tidak menyandung orang lain dan mengampuni kesalahan orang yang bersalah kepada kita. Kiranya Tuhan terus bekerja guna melapangkan hati kita, sehingga kesaksian hidup kita yang baik itu boleh menjadi berkat bagi banyak orang.

No comments: