Hitstat

21 February 2012

2 Korintus - Minggu 22 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 7:2-7


Mungkin saja terjadi, kita memiliki banyak pengetahuan dalam hal rohani dan penuh dengan kuasa dalam memberitakan, tetapi tetap tidak berbuah. Pada kenyataannya, bukannya berbuah dan menyuplaikan hayat, orang yang demikian malah dapat membuat orang lain menderita kematian. Seorang saudara yang mengadakan satu sidang istimewa di satu gereja mungkin hanya memperhatikan menyampaikan berita-berita; ia mungkin tidak memiliki perhatian yang sejati terhadap gereja di tempat itu. Demikian pula, kita mungkin mengunjungi satu keluarga untuk menggembalakan mereka, tetapi kita mungkin tidak memiliki perhatian yang penuh kasih. Sebaliknya, motivasi kita mungkin adalah untuk memamerkan pengetahuan, kerohanian, karunia, atau kecakapan kita. Akibatnya adalah membunuh orang lain.

Dua Korintus 7 mewahyukan bahwa kita memerlukan satu perhatian yang akrab. Jika kita mempunyai kemampuan untuk melaksanakan satu pekerjaan tetapi kekurangan perhatian yang akrab, maka pekerjaan kita tidak akan berbuah. Yang diperlukan untuk membangun satu kehidupan keluarga dan kehidupan gereja yang baik dan indah adalah perhatian yang akrab. Bagaimana kita dapat berbuah, berapa banyak buah yang kita hasilkan, bukan tergantung kepada apa yang dapat kita lakukan. Ini tergantung kepada apakah kita memiliki perhatian yang akrab atau tidak.

Dalam 1 Korintus Paulus seperti seorang ayah yang sedang mendisiplinkan anak-anaknya. Tetapi pendisiplinan ini pun berasal dari perhatian yang dalam, dan akrab. Misalnya, ada seorang ibu yang memukul anaknya. Tetapi sewaktu anak itu menerima pukulan itu, anak itu sadar bahwa ibunya sedang mendisiplinkannya dengan roh dan sikap yang penuh kasih. Maka, ketika ibu itu memukul anaknya, ia tetap dapat mengasihinya. Anak-anak dapat mengatakan apakah orang tua mereka mendisiplinkan mereka dengan roh yang penuh kasih atau tidak. Dengan roh yang penuh kasih dan perhatian, Paulus menulis Kitab 1 Korintus ini. Tentunya, dalam seluruh 2 Korintus, terutama di dalam pasal 7, kita dapat melihat perhatian Paulus yang akrab terhadap kaum beriman.

Dalam 2 Korintus 7 Paulus itu sangat emosional. Dalam ayat 13 ia mengatakan bahwa ia "lebih lagi bersukacita karena sukacita Titus." J.N. Darby menunjukkan bahwa tidak mungkin menerjemahkan ungkapan "lebih bersukacita" dalam bahasa Yunani ini ke dalam bahasa Inggris dengan tepat. Paulus sangat manusiawi dan emosional ketika ia menyuplaikan hayat. Paulus begitu emosional karena perhatiannya sangat dalam dan akrab. Tanpa perhatian yang demikian ini, kita tidak mungkin dapat lebih bersukacita seperti Paulus. Sebaliknya, kita mungkin sedingin lemari es, yaitu benar-benar kekurangan perhatian terhadap orang-orang kudus. Kita tidak menghangatkan mereka, malah membuatnya semakin dingin. Tidak ada satu hal pun yang dapat bertumbuh di dalam keadaan yang membeku demikian. Kita memerlukan cuaca musim semi untuk mencairkan kita dan menghangatkan kehidupan kita. Sekali lagi perlu ada hayat yang melayani. Tahukah Anda apakah hayat yang menyuplai ini? Ini adalah hayat yang menyuplai orang lain. Belajarlah menghangatkan orang lain. Ini adalah memiliki perhatian yang akrab terhadap mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 44

No comments: