Hitstat

09 June 2014

Kolose - Minggu 11 Senin



Pembacaan Alkitab: Kol. 2:4, 8; 1 Kor. 10:3-4


Menurut perlambangan, bangsa Israel menikmati Kristus dalam tiga tahap: di Mesir, di padang gurun, dan di tanah permai. Paskah yang mereka nikmati di Mesir tidak saja untuk penebusan mereka, tetapi juga untuk menguatkan mereka agar mereka dapat keluar dari Mesir. Di padang gurun umat Allah itu hidup bersandarkan manna, yang memungkinkan mereka membangun Kemah Pertemuan Allah dan membawanya sebagai kesaksian. Setelah bangsa Israel memasuki tanah permai, mereka mulai menikmati hasil yang berlimpah dari tanah tersebut. Hasil itu memungkinkan mereka membangun bait bagi kesaksian yang lebih kokoh. Dipandang dari segi perlambangan, bait di tanah permai adalah inti kehendak Allah di bumi. Allah damba memperoleh tempat kediaman di antara umat pilihan-Nya bagi ekspresi-Nya. Kehendak Allah tidak tercapai melalui menikmati Kristus sebagai domba Paskah di Mesir, tidak pula melalui menikmati Kristus sebagai manna di padang gurun. Kehendak-Nya tercapai hanya bila umat-Nya menikmati Kristus sebagai tanah permai mereka.

Dalam 1 Korintus kita melihat Paulus menanggulangi orang-orang Korintus bersandarkan dua tahap pertama kenikmatan atas Kristus, tidak bersandarkan tahap ketiga. Dalam 1 Korintus 5:7 dia berkata, “Sebab Paskah kita, yaitu Kristus, juga telah disembelih”(Tl.). Di ayat selanjutnya dia menyuruh mereka “berpesta”. Ayat-ayat ini menunjukkan kenikmatan atas Kristus sebagai Paskah di Mesir. Dalam 1 Korintus 10:3-4 Paulus menyebutkan makanan dan minuman rohani. Ini mengacu kepada kenikmatan atas Kristus di padang gurun. Dalam 1 Korintus tidak disinggung kenikmatan atas Kristus dalam tahap yang ketiga, tetapi dalam Kitab Kolose Paulus menganggap kaum beriman di situ berada dalam kenikmatan atas Kristus pada tahap ini.

Hidup gereja dalam Kitab Kolose dan Efesus lebih kokoh daripada dalam Kitab 1 Korintus, sebab dalam Surat-surat Kiriman ini kenikmatan atas Kristus bukan yang berada di tingkat dasar; bukan sekadar kenikmatan atas Kristus sebagai Paskah atau manna, tetapi kenikmatan atas Kristus sebagai tanah permai, sebagai bagian orang-orang kudus. Hari ini beberapa gereja mungkin berada dalam tahap pertama atau kedua dalam kenikmatannya atas Kristus, sementara yang lain mungkin berada dalam tahap ketiga.

Jika kita ingin masuk ke dalam tanah permai, kita harus mengalahkan dan menaklukkan semua musuh yang dilambangkan oleh ketujuh suku. Musuh-musuh tersebut adalah penguasa, pemerintah, dan kuasa jahat di udara. Setelah musuh-musuh ini dikalahkan, barulah kita memiliki damai sejahtera, dan dalam damai sejahtera ini barulah bait dapat dibangun.

Walaupun orang-orang Kolose berada di dalam Kristus sebagai tanah permai, namun mereka telah teperdaya, tertipu. Itulah sebabnya Paulus berkata dalam Kolose 2:4, “Hal ini kukatakan, supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah.”

Kita mudah sekali teperdaya oleh sesuatu yang sangat mirip dengan aslinya, oleh barang tiruan yang hampir sama dengan yang asli. Tanpa daya pembeda yang tajam, sukar untuk melihat perbedaan antara ajaran-ajaran dalam Perjanjian Baru dengan ajaran etis tertentu. Selagi muda, saya mendengar seorang misionaris yang mengatakan bahwa ajaran etis Konghucu sama dengan ajaran-ajaran Alkitab. Alkitab mengajarkan istri harus taat atau menurut kepada suami. Tetapi Konghucu mengajarkan ketaatan rangkap tiga. Pertama, seorang wanita harus taat kepada ayahnya; kemudian kepada suaminya; dan setelah itu, jika suaminya mati, taat kepada anaknya. Mengenai ketaatan, ajaran Konghucu dengan ajaran Alkitab kelihatannya tidak berbeda prinsipnya. Jika kita tidak dapat membedakan, kita akan diselewengkan dari Kristus oleh ajaran-ajaran etis yang mirip dengan ajaran Alkitab tersebut.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 21

No comments: