Hitstat

30 June 2014

Kolose - Minggu 14 Senin



Pembacaan Alkitab: Kol. 3:10-11


Dalam kekekalan yang lampau Allah “eksis” sendirian. Kemudian, dalam waktu, Ia menciptakan segala sesuatu. Pada titik tertentu dalam sejarah, Allah Pencipta, Pencipta segala sesuatu ini, menjadi manusia. Langkah yang penting ini disebut inkarnasi. Melalui inkarnasi ini Allah mengenakan manusia berikut segala makhluk ciptaan, karena manusia adalah kepala makhluk ciptaan. Tuhan Yesus, Allah yang berinkarnasi, hidup di bumi selama tiga puluh tiga setengah tahun. Ketika Ia disalibkan, semua makhluk ciptaan disalibkan bersama Dia. Ini berarti bukan Kristus saja yang naik ke salib, tetapi manusia yang Allah kenakan berikut semua makhluk ciptaan bersama Dia menuju salib. Sebab itu, kematian Kristus di atas salib merupakan penyaliban almuhit. Setelah penyaliban-Nya, Kristus dikubur di dalam makam. Manusia dan makhluk ciptaan yang disalibkan bersama Kristus juga dikubur di dalam makam itu. Tiga hari kemudian, Kristus bangkit dari antara orang mati dalam kebangkitan-Nya. Melalui dan dalam kebangkitan Ia menjadi Roh pemberi-hayat. Tidak hanya demikian, dalam kenaikan-Nya ke langit tingkat ketiga, Ia telah dimahkotai dan menjadi Kepala dan Tuhan atas segala sesuatu. Kemudian Ia turun ke atas Tubuh-Nya sebagai Roh yang almuhit.

Setelah merampungkan penciptaan, karena Allah melalui inkarnasi, kehidupan insani, penyaliban, kebangkitan, kenaikan, dan turun, maka boleh kita katakan Dialah Allah yang telah melalui proses. Melalui inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan, Ia telah menjadi Roh pemberi-hayat. Setelah naik ke langit tingkat ketiga di mana Ia telah dinobatkan dan dimahkotai, dan di mana Ia telah dijadikan Kepala dan Tuhan atas segala sesuatu, Ia turun ke atas gereja, Tubuh-Nya. Dalam turun-Nya, Ia adalah Roh almuhit. Roh almuhit ini telah datang ke atas orang-orang pilihan Allah, yang tersusun menjadi gereja.

Ketika Kristus berinkarnasi dan lahir di palungan di Betlehem, Ia mengenakan sifat insani. Sifat insani ini mencakup kita dan segala makhluk ciptaan. Karena itu, sebelum kita dilahirkan, Kristus sudah mengenakan kita. Ketika Kristus menempuh kehidupan insani, kita juga menempuhnya bersama Dia. Tidak hanya demikian, ketika Ia pergi ke salib dan disalibkan, kita pun disalibkan bersama-Nya. Kemudian kita dikubur bersama Dia di dalam kubur. Sebenarnya seluruh makhluk ciptaan telah dikubur bersama Dia di situ. Jadi, kuburan Kristus adalah kuburan almuhit. Kita pun telah dibangkitkan dan diangkat bersama Kristus. Sekarang, bahkan ketika kita mengambil bagian dalam hidup gereja, kita duduk bersama Dia di surga. Di satu pihak, kita berada dalam gereja di bumi; di pihak lain, kita berada dalam Kristus di surga. Antara surga dengan gereja ada lalulintas yang ramai sekali, lalu-lintas yang bergerak lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Sebetulnya mengatakan lalu-lintas seperti itu adalah ditinjau dari pandangan manusia. Dari pandangan Allah, surga dan gereja adalah satu. Sebab itu, berada di dalam gereja berarti berada di surga.

Kita juga perlu menunjukkan bahwa Roh yang almuhit adalah realitas minyak urapan majemuk yang dilukiskan dalam Keluaran 30. Sebagai minyak urapan majemuk, Roh itu tidak lagi hanya mencakup Roh Allah yang dilambangkan oleh minyak zaitun, tetapi juga aspek-aspek kematian dan kebangkitan Kristus yang dilambangkan oleh rempah-rempah. Setelah minyak zaitun dicampur dengan rempahrempah, minyak itu menjadi minyak urapan majemuk. Semula, minyak zaitun hanya merupakan satu esens, satu unsur. Tetapi setelah dicampur dengan rempah-rempah, ada unsur lain yang ditambahkan kepadanya. Minyak urapan yang dihasilkan oleh percampuran minyak zaitun dengan empat jenis rempah-rempah itu melambangkan Roh yang almuhit.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 27

No comments: