Hitstat

10 July 2014

Kolose - Minggu 15 Kamis



Pembacaan Alkitab: Kol. 3:15-16


Sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari manusia baru, kita perlu membiarkan damai sejahtera Kristus menjadi juri di batin kita dan membiarkan perkataan Kristus tinggal di dalam kita dengan limpahnya. Jika kita berbuat demikian, kita akan dengan spontan mengekspresikan Kristus dalam kehidupan sehari-hari kita. Ini berarti kita akan memperhidupkan Kristus, karena kita adalah satu dengan Dia, kita memiliki damai sejahtera-Nya, dan kita memiliki perkataan- Nya. Sebab itu, kita menjadi ekspresi Kristus secara riil.

Allah mendambakan Kristus diekspresikan melalui kehidupan insani. Kita melihat hal ini dalam Kolose 3:18— 4:1, bagian yang sesifat dengan Efesus 5:22—6:9, yakni mengenai etika antar orang beriman. Dalam Kitab Efesus yang ditekankan adalah perlunya memiliki etika yang dipenuhi roh bagi ekspresi Tubuh Kristus dalam hidup gereja yang normal. Dalam Kitab Kolose yang ditekankan adalah kita berpegang teguh pada Kristus sebagai Kepala dan mengambil Dia sebagai hayat kita dengan menyimpan perkataan- Nya dengan limpahnya yang kaya di dalam kita, supaya etika yang tertinggi (yang bukan tidak berasal dari hayat alamiah kita, melainkan dari Kristus sebagai hayat kita) dapat diwujudkan bagi ekspresi-Nya.

Jika kita hidup dalam kesatuan dengan Kristus, Kristus akan terekspresi melalui keinsanian kita. Kristus terekspresi dalam kehidupan insani, bukan dalam hayat malaikat; malaikat tidak dapat mengekspresikan Kristus. Bapa telah menentukan agar kita, orang-orang pilihan-Nya, menjadi ekspresi Putra-Nya. “Dariku diri-Mu hidup” seharusnya menjadi doa kita (lihat Kidung No. 304).

Jika kita ingin menjadi orang-orang yang melaluinya Kristus dapat diperhidupkan, kita perlu melewati dua setengah pasal pertama dari Kitab Kolose. Kemudian, pada 3:15-16, kita perlu menjadi orang-orang yang di dalamnya damai sejahtera Kristus memerintah dan yang di dalamnya perkataan Kristus tinggal dengan limpah. Sesudah itu barulah Kristus terekspresi di dalam kehidupan insani kita.

Kehidupan kaum saleh dalam kesatuan dengan Kristus harus menghasilkan ekspresi Kristus dalam kehidupan insani. Jika kita nampak hal ini, kita akan memuji Tuhan bagi kehidupan insani kita. Lagi pula, kita akan memiliki suatu apresiasi yang segar bagi kehidupan pernikahan. Saya dapat bersaksi bahwa saya selalu bersyukur karena istri, anak-anak, dan cucu-cucu saya. Saya sangat bersyukur karena semua pelajaran yang telah Tuhan ajarkan kepada saya melalui mereka. Semakin lanjut usia saya, saya semakin menghargai pelajaran-pelajaran yang saya pelajari melalui proses kehidupan insani saya. Dalam hubungan antara istri dengan suami dan anak-anak dengan orang tua, kita perlu memperhidupkan Kristus dan mengekspresikan Dia.

Dalam hubungan antara tuan dan hamba prinsipnya juga sama. Dalam ayat 22-25 Paulus memberi pesan kepada para hamba. Dalam ayat 24 dia membicarakan tentang menerima “warisan yang menjadi upahmu”. Dalam Efesus 6:8, butir ini tidak sejelas yang ada di sini. Warisan di sini adalah apa yang akan diwarisi orang-orang beriman (Rm. 8:17; Kis. 26:18; 1 Ptr. 1:4). Warisan yang menjadi upahmu menunjukkan bahwa Tuhan memakai warisan yang akan Dia berikan kepada kaum beriman-Nya sebagai suatu dorongan agar mereka setia dalam pelayanan mereka kepada-Nya. Orang-orang yang tidak setia pasti akan kehilangan upah ini (Mat. 24:45-51; 25:20-29).


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 30

No comments: