Hitstat

22 July 2014

Kolose - Minggu 17 Selasa



Pembacaan Alkitab: Kol. 3:15-16


Jika kita menyelami kedalaman Kitab Kolose, kita akan nampak bahwa kitab ini tidak menanggulangi dosa atau hukum Taurat, melainkan menanggulangi kebudayaan manusia. Kebudayaan merupakan suatu kehidupan yang “tanpa disadari” dari setiap manusia. Ini terjadi baik dalam masyarakat primitif maupun negara-negara maju. Prinsip ini di mana-mana sama. Manusia di seluruh dunia berada di bawah pengaruh kebudayaan mereka. Saudara-saudara yang tinggal di Timur Jauh mungkin merasa sulit untuk berbicara secara spontan dalam sidang-sidang umum, sebab mereka secara tanpa sadar telah dipengaruhi oleh kebudayaan Timur. Menurut Kitab Kolose, kebudayaan kitalah yang memperdaya kita dari kenikmatan atas Kristus dan menggagalkan hidup gereja.

Kitab Kolose mewahyukan bahwa dalam ekonomi Allah, Kristus adalah segala sesuatu. Kristus adalah bagian orang-orang kudus, gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung dari penciptaan, rahasia ekonomi Allah, yang pertama bangkit dari antara orang mati, kepenuhan Allah, rahasia Allah, yang di dalam-Nya tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan, dan wujud segala bayangan. Terakhir, Kristus almuhit yang unggul ini adalah unsur manusia baru. Lagi pula, seperti yang dinyatakan Paulus dalam Kolose 3:4, Kristus ini adalah hayat kita. Ungkapan “hayat kita” ini merupakan keterangan kuat bahwa kita harus mengalami Kristus yang diwahyukan dalam kitab ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam Kolose 3:15-16 Paulus menyuruh kita untuk membiarkan damai sejahtera Kristus menjadi juri dalam hati kita dan membiarkan perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya di dalam kita. Jika kita membiarkan damai sejahtera Kristus menjadi juri dalam hati kita, damai sejahtera ini akan meredakan segala perselisihan di antara kita. Kaum saleh di Kolose dirusuhi oleh ajaran, filsafat, dan cara yang berbeda-beda. Sama seperti dalam sebuah permainan atau kontes perlu seorang wasit untuk meredakan perselisihan, demikian pula orang-orang Kolose perlu seorang wasit, seorang juri, untuk meredakan segala opini yang berbeda-beda. Bermakna sekali bahwa hanya dalam Kitab Kolose, kitab yang menanggulangi kebudayaan dan ajaran-ajaran atau praktek-prakteknya, Paulus membicarakan juri batiniah dari damai sejahtera Kristus. Juri ini meredakan segala opini yang bersumber dari kebudayaan kita.

Bila damai sejahtera Kristus meredakan opini kita, perkataan Kristus, yang diam dengan limpahnya di dalam kita, menggantikan opini-opini kita. Kita memiliki perkataan Kristus sebagai pengganti opini-opini kita. Perjanjian Baru mewahyukan dengan jelas bahwa perkataan Kristus adalah Roh itu. Tidak hanya demikian, hari ini Kristus adalah Roh pemberi-hayat. Kehidupan kristiani kita adalah masalah Kristus sebagai Roh yang hidup itu. Kita tidak perlu ajaran-ajaran, filsafat-filsafat, praktek-praktek, atau tata cara-tata cara. Kita perlu pengalaman atas Kristus sebagai Roh pemberi-hayat. Para saudara tidak perlu mencoba mengasihi istri mereka, para istri pun tidak perlu mencoba menaati suami mereka. Sebaliknya, kita semua harus berkontak dengan Kristus dan membiarkan Dia menjadi kasih dan ketaatan kita. Hari ini Kristus sebagai Roh pemberihayat ada dalam roh kita. Kita perlu berdoa, “Tuhan Yesus, aku berterima kasih kepada-Mu bahwa Engkau berada di sini. Engkau berada di dalam aku sepanjang waktu untuk menjadi apa saja yang kuperlukan. ” Jika kita ingin mempraktekkan hal ini, kita perlu satu visi yang jelas bahwa Kristus adalah segala sesuatu bagi kita. Visi demikian akan membunuh filsafat, pertapaan, opini, dan ajaran-ajaran kita. Visi ini bahkan akan membasmi pengaruh kebudayaan atas pengalaman kita atas Kristus. Demikian, kita tidak menjadi orang yang mengindahkan kebudayaan, tetapi menjadi orang yang diduduki, dimiliki, dan diresapi oleh Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 33

No comments: