Hitstat

30 July 2015

Ibrani - Minggu 10 Kamis



Pembacaan Alkitab: Mat. 6:10


Perihal perhentian Sabat ini berkembang secara progresif mulai dari Kejadian 2. Dalam Kejadian 2 kita nampak bahwa hari Sabat pertama Allah adalah setelah Ia di bumi memperoleh seorang manusia yang dapat mengekspresikan gambar‑Nya dan berkuasa sebagai wakil‑Nya. Jadi setelah Allah memperoleh manusia yang demikian, barulah Ia memperoleh perhentian. Itulah perhentian yang pertama. Perhentian Allah yang kedua ialah yang diperoleh‑Nya melalui umat Israel. Setelah umat Israel memperoleh tanah permai Kanaan dan membangun Bait Suci yang dipenuhi kemuliaan Allah, Allah di bumi memperoleh perhentian yang kedua. Bait yang dipenuhi oleh kemuliaan Allah di tanah permai menandakan Allah di bumi telah mendapatkan sekelompok orang menjadi tempat kediaman‑Nya, sehingga Ia dapat mengekspresikan diri‑Nya dan dapat melaksanakan kekuasaan‑Nya. Inilah perhentian Allah yang kedua yang diperoleh‑Nya dari diri manusia. Jadi, dalam kitab Perjanjian Lama terdapat dua buah kisah perhentian Allah yang sangat menonjol : pertama tercantum dalam Kejadian 2 dan kedua tercantum dalam 1 Raja‑raja 8.

Seperti telah kita lihat dalam berita sebelumnya, ketika Tuhan Yesus datang, Ia juga adalah perhentian Allah. Menyusul Tuhan Yesus, kita nampak gereja sebagai perhentian hari Sabat Allah. Kristus adalah Kepala dan gereja adalah Tubuh. Dalam Kisah Para Rasul 2, yakni ketika hari Pentakosta, kita nampak kemuliaan Allah sekali lagi memenuhi bait, Allah sekali lagi mendapatkan manusia sebagai tempat kediaman‑Nya sehingga Ia memperoleh perhentian di bumi. Ini boleh kita sebut sebagai perhentian yang ketiga. Allah di bumi pernah memperoleh seorang manusia. Meskipun Allah telah mendapatkan sesuatu pada diri Nuh, Abraham, dan bahkan Tuhan Yesus sendiri, namun dalam berita ini kita perlu menitikberatkan ketiga perhentian yang utama; yang pertama ialah perhentian setelah terciptanya manusia dalam gambar Allah dan dengan kuasa‑Nya, yang kedua yaitu ketika bait terbangun di bumi yang dipenuhi kemuliaan Allah, dan yang ketiga ialah gereja, manusia baru itu, telah terbangun dengan manusia‑manusia yang memiliki gambar Allah.

Kedua perhentian yang pertama, yaitu perhentian setelah terciptanya manusia dan perhentian setelah terbangunnya Bait Suci, bukanlah perhentian yang sejati, melainkan gambaran saja. Perhentian yang sejati yang Allah peroleh karena mendapatkan manusia di bumi ialah terbangunnya gereja. Gereja bukan lambang perhentian hari Sabat, melainkan realitas perhentian. Perhentian pada masa Adam maupun perhentian pada masa pembangunan Bait Suci, semua hanya merupakan lambang. Kegenapan perhentian adalah demi terbangunnya gereja.

Cara Allah bertindak selalu progresif. Hal ini dapat kita lihat dari catatan penciptaan dalam Kejadian 1. Coba pikir, mengapa Allah tidak dalam satu hari merampungkan penciptaan‑Nya atas segala benda? Padahal jika Ia mau, dalam beberapa menit saja sudah bisa. Pada hari pertama Ia hanya menyuruh terang itu terbit, dan hari kedua Ia hanya menciptakan cakrawala. Andaikata saat itu kita berada di situ, pasti kita tidak sabar lagi. Kita pasti akan mendesak Allah dan berkata kepada‑Nya, "Allah, terang sudah ada, tetapi kita masih perlu udara!" Kita sering lebih tergesa‑gesa daripada Allah. Tetapi Allah sering berkebalikan dengan kita, tindakan‑Nya selalu progresif, selangkah demi selangkah maju. Hingga suatu hari, Allah telah menjadi seorang manusia, menaburkan diri‑Nya ke dalam manusia : dan melalui kematian dan kebangkitan, kemudian barulah menghasilkan gereja. Allah tidak menyelesaikan segala sesuatu dengan sekali jadi. Walaupun Allah telah menaburkan diri‑Nya sebagai benih di dalam kita, namun waktu penuaian belumlah tiba yang kita terima, dapatkan, dan miliki hari ini adalah benihnya, bukan tuaiannya. Allah sangat sabar. Walaupun benih itu telah ditabur hampir 2000 tahun yang lampau, Ia tidak merampungkan semua pekerjaan‑Nya sekaligus pada masa itu juga. Ketika Allah menaburkan diri‑Nya ke dalam manusia, maka munculah suatu zaman yang ajaib, yakni zaman Perjanjian Baru. Sebelum Tuhan Yesus datang, Allah tidak pernah menaburkan diri-Nya ke dalam manusia. Adam dan umat Israel hanya lambang. Allah tidak pernah menaburkan diri‑Nya ke dalam "tanah" Adam, atau ke dalam "tanah" umat Israel, sebab mereka semua hanya lambang. Allah hanya menaburkan diri‑Nya ke dalam gereja yang adalah tanah yang sejati.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 20

No comments: