Hitstat

27 July 2015

Ibrani - Minggu 10 Senin

Pembacaan Alkitab: Bil. 23:21; Mat. 3:17; 1 Tim. 3:15


Dalam berita yang lalu telah kita bahas makna perhentian hari Sabat, yakni bahwa hal itu bukan hanya suatu perhentian setelah rampungnya pekerjaan, tetapi suatu kepuasan. Bila keinginan Anda belum terpuaskan, Anda tidak memiliki perhentian. Perhentian yang terbaik dan sejati ialah apabila keinginan hati Anda telah terpuaskan. Ketika membicarakan masalah perhentian hari Sabat, hendaklah kita terlebih dulu mengetahui apakah keinginan hati Allah. Dari awal hingga akhir Alkitab, kita dapat nampak bahwa kehendak Allah menurut rencana kekal‑Nya adalah mendapatkan manusia sebagai ekspresi‑Nya dan wakil‑Nya. Itulah sebabnya manusia diciptakan menurut rupa dan gambar‑Nya serta diberi kuasa untuk mewakili‑Nya menguasai segalanya (Kej. 1:26). Bila manusia di bumi ini telah mengekspresikan Allah dan mewakili‑Nya, hati Allah barulah terpuaskan. Ketika kita mendapatkan kepuasaan di dalam kehendak Allah, walaupun kita harus bekerja berjerih lelah, kita pun dapat menikmati perhentian itu. Ketika untuk kali pertama mengatakan tentang rupa, gambar, dan kekuasaan Allah, Alkitab menunjukkan bahwa manusia telah ditentukan untuk mengekspresikan Allah dengan gambar‑Nya dan untuk mewakili‑Nya dengan kekuasaan‑Nya. Dengan kata lain, manusia ditentukan oleh Allah untuk mengekspresikan Dia dan mewakili Dia dalam gambar‑Nya dan dengan kekuasaan‑Nya untuk mendirikan suatu kerajaan, suatu wilayah ilahi, bagi pemerintahan‑Nya di bumi. Inilah sebuah lukisan jelas yang terdapat dalam Kejadian 1.

Bila kita tiba pada akhir Alkitab, kita nampak setelah berabad‑abad, Allah menciptakan, menebus, mengubah, dan memuliakan, akhirnya munculah satu kota yang serupa dengan Allah. Allah yang duduk di atas takhta tampak seperti permata yaspis (Why. 4:2‑3) dan segenap Kota Yerusalem Baru juga bagaikan permata yaspis (Why. 21:11, 18a). Ini berarti Allah akan sepenuhnya terekspresi di dalam dan melalui segenap kota itu. Bila Anda melihat kota itu, Anda akan nampak Allah. Allah akan diekspresikan sepenuhnya di dalam Kota Yerusalem Baru. Selain itu, di tengah‑tengah kota terdapat takhta Allah (Why. 22:1, 3), ini menunjukkan bahwa Allah juga berkuasa di sana. Di dalam Yerusalem Baru rupa gambar Allah dapat diekspresikan, kuasa Allah juga dapat dilaksanakan. Karena itu, di bumi baru dalam kekekalan yang akan datang, Yerusalem Baru akan menjadi ekspresi dan pemerintahan Allah yang sempurna. Itulah perhentian hari Sabat yang sejati bagi Allah. Ketika itu, Allah akan sepenuhnya beroleh perhentian, sebab keinginan hati‑Nya telah dipuaskan sepenuhnya. Inilah makna sejati dari perhentian hari Sabat.

Dalam ekonomi‑Nya, Allah selalu maju ke depan langkah demi langkah. Pertama, Allah menciptakan Adam, kemudian langkah demi langkah Ia memperoleh Habel, Enos, Henokh, Nuh, Abraham dan keturunannya, lalu, Ia pun memperoleh umat Israel. Namun tidak berakhir di situ. Setelah melalui proses perkembangan, munculah Yesus, Manusia kedua itu. Setelah Tuhan Yesus dibaptis, dengan girang dan puas Allah berkata, "Inilah Anak‑Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan" (Mat. 3:17). Ketika Allah berkata bahwa Ia berkenan kepada Anak‑Nya, itu berarti Allah telah merasa puas. Pada waktu itu, Tuhan Yesus adalah perhentian hari Sabat Allah. Bukan Allah saja yang beroleh perhentian di dalam‑Nya, banyak pengikut‑Nya juga menikmati Dia sebagai perhentian. Tuhan Yesus adalah perhentian hari Sabat Allah, juga sebagai perhentian hari Sabat bagi semua pengikut‑Nya. Allah dan pengikut‑Nya beroleh perhentian di dalam‑Nya.

Gereja adalah perluasan dan perkembangan Kristus. Kalau Kristus itu perhentian Allah, bukankah gereja terlebih pula menjadi perhentian Allah? Bila umat Israel adalah perhentian Allah, tentu gereja akan lebih merupakan perhentian Allah. Jika Tuhan Yesus dalam daging adalah perhentian Allah, maka gereja, Tubuh Kristus, pastilah merupakan perhentian yang lebih besar bagi Allah. Hari ini saya ingin mengumumkan kepada Anda suatu berita gembira, yakni gereja adalah perhentian Anda!


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 19

No comments: