Hitstat

30 May 2016

1 Petrus - Minggu 13 Senin



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 3:14-15
Doa baca: 1 Ptr. 3:14
Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.


Jika kita takut dan cemas karena penganiayaan, itu menyatakan sepertinya kita tidak memiliki Tuhan di dalam hati kita (ay. 14-15). Karena itu, ketika kita menderita aniaya, kita harus memperlihatkan kepada orang lain bahwa kita memiliki Kristus sebagai Tuhan di dalam kita. Inilah yang dimaksud dengan menguduskan Dia, memisahkan Dia dari ilah-ilah, tidak merendahkan Dia sehingga Dia terlihat seperti berhala yang tidak berhayat.

Pengharapan yang dikatakan dalam ayat 15 adalah pengharapan yang hidup dari warisan hayat kekal. Ini adalah satu pengharapan untuk kelak dalam pengembaraan kita hari ini; bukan pengharapan akan hal-hal yang obyektif, melainkan pengharapan hayat, yaitu hayat yang kekal dengan segala berkat ilahi yang tidak ada habisnya. "Rasa takut" (hormat, LAI) yang dimaksudkan oleh Petrus dalam ayat 15 adalah rasa takut yang ibadah, yang kudus. Petrus membicarakan rasa takut beberapa kali dalam surat ini, sebab pengajaran surat ini menyinggung pemerintahan Allah.

Dalam penderitaan-penderitaan yang berasal dari penentangan dan penganiayaan, kita harus menguduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hati kita. Dalam penderitaan penganiayaan, kita harus mengkhususkan Kristus; kita harus memperlihatkan bahwa Dia cemerlang, mutlak berbeda dari berhala-berhala. Menguduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hati kita bukanlah satu masalah aktivitas lahiriah untuk menyisihkan Dia dari hal-hal yang biasa atau umum. Ini adalah masalah yang batiniah. Menguduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hati kita berarti ketika kita berada di bawah penganiayaan, kita memiliki Tuhan di dalam hati kita. Jika kita membiarkan Tuhan menjadi Tuhan di dalam hati kita ketika kita menderita penganiayaan, kita akan mengekspresikan-Nya. Pengekspresian ini dengan spontan akan menguduskan Kristus dan menyisihkan-Nya dari berhala-berhala.

Dulu saya pernah memberi tahu Anda kisah yang saya dengar tentang seorang wanita muda yang mati martir saat "Pemberontakan Boxer" di China. Peristiwa itu terjadi di Beijing. Karena pergerakan Boxer, semua perdagangan di kota ditutup. Seorang pemuda yang baru belajar berdagang tidak berani membuka pintu rumahnya. Sambil mengintip lewat celah-celah pintu, dia melihat para Boxer berparade di jalan. Dia mendengar tangisan dan teriakan. Dia melihat beberapa Boxer dengan pedang di tangan mereka sedang mengancam seorang wanita muda. Wanita itu adalah seorang Kristen. Dia duduk di dalam sebuah kereta yang akan membawa dia ke tempat di mana dia akan dihukum mati. Walaupun para Boxer mengelilinginya, berteriak, menggertak, dan mengancam, dia tidak takut. Wajahnya bercahaya dan dia bergembira di dalam Tuhan dan memuji-Nya. Orang muda ini sangat terkesan dengan apa yang dilihatnya. Sebagai orang yang belum percaya pada saat itu, dia lalu memutuskan bahwa dia akan mempelajari kepercayaan orang Kristen. Dia berkata kepada dirinya sendiri, "Jika hal ini tidak lebih daripada agama orang Barat, mengapa wanita muda ini tidak takut terhadap ancaman dan gertakan? Mengapa dia tidak takut mati? Mengapa wajahnya bercahaya, dan mengapa dia bergembira?" Pemuda ini tidak tahu bahwa wanita ini memuji Tuhan. Di kemudian hari, pemuda ini percaya Tuhan dan menjadi seorang penginjil.



Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 24

No comments: