Pembacaan Alkitab: Luk. 12:50; Yoh. 12:24
Doa baca: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu:
Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yoh. 12:24)
Kebangkitan
Dimulai dengan Kematian
Jika kita mengamati
Perjanjian Baru secara menyeluruh, kita akan menyadari bahwa kebangkitan itu
dimulai dengan kematian. Untuk memahami fakta ini, mari kita perhatikan firman
Tuhan mengenai diri-Nya sebagai biji gandum dalam Yohanes 12:24. Ketika sebutir
biji gandum ditabur ke tanah, biji itu mati. Jika biji gandum itu tidak mati,
ia tidak akan bertumbuh. Misalnya sebutir biji gandum diletakkan di atas meja
dan dibiarkan saja. Biji gandum itu tidak akan mati, dan tidak pula bertumbuh.
Agar biji gandum itu bertumbuh, ia harus diletakkan di tanah supaya mati. Maka,
bertumbuhnya atau bangkitnya biji gandum itu dimulai dengan kematiannya.
Dari ilustrasi mati dan
bertumbuhnya biji gandum, kita dapat nampak bahwa sementara Kristus mati, Dia
pun bangkit. Namun, kematian-Nya tidak dimulai saat ketersaliban-Nya.
Sebaliknya, Dia mulai mati segera setelah Dia lahir. Selama tiga puluh tiga
setengah tahun kehidupan Tuhan di bumi, Dia mengalami kematian—mati terhadap
diri-Nya sendiri dan terhadap semua hal selain Allah. Maka, kehidupan yang Dia
tempuh itu adalah suatu kehidupan yang berada di bawah kematian. Dengan
demikian, kita dapat mengatakan bahwa proses kematian dan kebangkitan-Nya
dimulai segera setelah kelahiran-Nya.
Dalam Lukas 12:50,
Manusia-Penyelamat menunjukkan bahwa Dia sangat terbatas dan damba untuk
dilepaskan: “Aku harus dibaptis dengan suatu baptisan, dan betapa susah
hati-Ku, sebelum hal itu terlaksana!” Manusia-Penyelamat terbatasi dalam
daging-Nya, yang dikenakan-Nya melalui inkarnasi. Karena itu, Dia perlu
dibaptis dalam kematian secara jasmani, supaya diri ilahi-Nya dengan hayat
ilahi-Nya yang tidak terbatas dan tidak terukur dapat dibebaskan dari
dalam-Nya. Inilah kematian-Nya yang membawa kebangkitan. Demikian pun hari ini,
untuk mengalami kebangkitan, kita perlu menjadi orang yang rela dimatikan.
Sumber: Pelajaran-Hayat Lukas, Buku 3, Berita 73
No comments:
Post a Comment