Hitstat

19 September 2005

Wahyu Volume 3 - Minggu 3 Senin

Anak Allah
Wahyu 2:18
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga."

Pada ketiga surat sebelumnya, Tuhan membuka surat-Nya dengan, “Inilah firman dari Dia, yang ...”. Tetapi dalam surat ini Tuhan menyebutkan identitas-Nya untuk pertama kalinya. Apa yang Yohanes lihat adalah Anak Manusia (Why. 1:13), akan tetapi di sini Tuhan dengan serius menyebut diri-Nya sebagai Anak Allah, bukan anak Maria.
Matius 12:46-50 mengatakan, “Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Kisah ini diulang lagi dalam Markus 3:31-35 dan Lukas 8:19-21.
Kisah di atas menunjukkan bahwa Kristus telah memutuskan hubungan-Nya dalam daging dengan orang Yahudi karena penolakkan mereka.
Hubungan kita dengan Tuhan bukan diukur dari kelahiran secara jasmani, melainkan dari melakukan kehendak Bapa-Nya. Siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Nya adalah saudara laki-laki yang membantu-Nya, saudara perempuan yang bersimpati kepada-Nya, dan ibu yang dengan lembut mengasihi Dia.

Anak Allah Yang …
Why. 2:18, 23; Ibr. 3:6; Mi. 4:13

Di sini Tuhan mewahyukan diri-Nya sebagai Anak Allah yang mata-Nya bagaikan nyala api. Pewahyuan diri-Nya sedemikian ini menunjukkan bahwa saat itu Dia datang bukan lagi untuk memberikan hayat dan kemerdekaan, tetapi untuk melaksanakan penghakiman.
Sebagai Anak Allah, Dia memiliki otoritas untuk memerintah atas rumah-Nya sendiri (Ibr. 3:6). Karena itu, di sini juga disebutkan mata-Nya bagaikan nyala api, sebab Dia adalah yang menyelidiki segala sesuatu dan membedakan segala sesuatu. Mata-Nya dapat menyingkapkan semua dosa dan memberi rasa takut ke dalam setiap orang dosa. Mata Tuhan menguji batin dan hati orang. Tidak ada apa pun yang dapat tersembunyi dari pandangan mata-Nya. Dia adalah terang, dan Dia sendiri juga adalah penerangan.
Kaki-Nya seperti tembaga yang berkilau, yang juga melambangkan otoritas-Nya. Kaki-Nya menghakimi dan membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya (2:23). Tembaga adalah lambang penghakiman. Mikha 4:13 berkata : “Bangkitlah dan iriklah, hai puteri Sion, sebab tandukmu akan Kubuat seperti besi, dan kukumu akan Kubuat seperti tembaga, sehingga engkau menumbuk hancur banyak bangsa; engkau akan mengkhususkan rampasan mereka bagi TUHAN dan kekayaan mereka bagi Tuhan seluruh bumi.” Jadi, ayat ini menunjukkan sikap-Nya yang teguh terhadap dosa dan penanggulangan-Nya terhadap dosa menurut keadil-benaran Allah. Jika kita mempertimbangkan mezbah tembaga di Perjanjian Lama dan ular tembaga di padang gurun, kita akan mengetahui arti dari tembaga. Tembaga menunjukkan bahwa Allah menuntut tanggung jawab manusia di hadapan-Nya adalah seturut keadil-benaran-Nya.
Walaupun ayat ini mewahyukan bahwa Ia adalah Anak Allah yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga untuk menghakimi, ini tidak berarti bahwa sekarang Allah telah meniadakan kasih karunia. Juga tidak berarti bahwa kasih-Nya terhadap umat-Nya telah hilang. Penekanan-Nya di sini adalah manifestasi diri-Nya dalam menanggulangi kondisi gereja yang telah menyimpang.

Penerapan:
Tuhan Yesus berkata, "Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku" (Mat. 12:50). Ini menunjukkan betapa pentingnya melakukan kehendak Bapa. Kita perlu menjadi orang yang hidup untuk kehendak Bapa.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, berilah aku terang yang besar, angkatlah semua selubung yang menutupi mata batinku. Wahyukanlah diri-Mu kepadaku dan bimbinglah aku lebih mengenal-Mu dan kehendak-Mu. Aku damba menjadi saudara-Mu laki-laki, saudara-Mu perempuan, dan ibu-Mu.

No comments: