Hitstat

23 June 2007

Matius Volume 3 - Minggu 2 Selasa

Hidup sebagai Pembawa Damai
Matius 5:9
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Demi Kerajaan Surga, di bawah pemerintahan surgawi-Nya, kita harus menjadi orang yang membawa damai di antara orang-orang (Ibr. 12:14). Kita adalah bejana yang diciptakan untuk menjadi ekspresi-Nya. Kita tidak seharusnya hidup di awang-awang. Dalam kehidupan sehari-hari, terhadap orang lain, kita harus berlaku benar, terhormat, adil, suci, patut dikasihi, dan memiliki reputasi baik. Kita tidak seharusnya menjadi penentang atau pengacau; sebaliknya, kita harus menjadi pembawa damai, selalu berdamai dengan orang lain. Jika kita menjadi orang yang membawa damai, kita akan disebut anak-anak Allah. Anak-anak Iblis selalu membuat kekacauan, tetapi anak-anak Allah selalu membuat perdamaian.
Bapa kita adalah Allah sumber damai sejahtera (Rm. 15:33, 16:20), memiliki hayat yang penuh damai dengan sifat yang pendamai. Sebagai orang-orang yang dilahirkan dari Allah, jika kita ingin menjadi orang-orang yang membawa damai, kita harus berjalan dalam hayat ilahi-Nya dan bertindak berdasarkan sifat ilahi-Nya. Menjadi seorang pembawa damai tidak sama dengan menjadi orang yang berpolitik. Kita harus jujur, tidak berpolitik. Meskipun kita jujur, kita tetap berbelaskasihan terhadap orang lain. Ini memungkinkan hati kita murni di hadapan Allah, sehingga melihat Allah.
Allah dalam keselamatan-Nya telah memanggil kita kepada-Nya di dalam ruang lingkup dan unsur damai sejahtera. Ia menghendaki kita hidup di dalam damai sejahtera ini. Perselisihan dan persaingan adalah ciri-ciri dari kehidupan manusia yang telah jatuh. Kita tidak bertengkar dengan orang lain dan melukai mereka, tetapi kita selalu memelihara perdamaian dengan mereka di manapun kita berada, di lingkungan rumah, di kantor, ataupun di sekolah. Orang Kristen seharusnya disebut sebagai pembawa damai, bukan pembawa masalah.

Mat. 5:9-10; Ibr. 12:14; Rm. 15:33; 14:17; 1 Yoh. 5:19

Matius 5:10 mengatakan, “Berbahagialah orang yang dianiaya karena kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Tl.). Seluruh dunia berada di bawah cengkeraman si jahat (1 Yoh. 5:19) dan dipenuhi dengan ketidakbenaran. Setiap aspek dari dunia penuh dengan ketidakbenaran. Jika kita lapar dan haus akan kebenaran, kita akan dianiaya karena kebenaran. Demi Kerajaan Surga kita perlu membayar harga atas kebenaran yang kita cari. Jika kita benar, kita akan mengalami penghakiman, penentangan, bahkan penganiayaan. Banyak kaum beriman yang karena sekuatnya mencari kebenaran, lalu mengalami aniaya. Misalnya, dalam lingkungan pekerjaan kita, kita mengetahui ada sesuatu yang tidak beres, ada suatu ketidakbenaran. Karena kita bermaksud bertindak menurut kebenaran dalam situasi itu, tidak jarang justru aniayalah yang kita terima.
Orang yang dianiaya karena kebenaran adalah orang yang berbahagia, “karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.” Jika kita mencari kebenaran dengan membayar harga, Kerajaan Surga akan menjadi milik kita. Hari ini kita berada di dalam realitas Kerajaan Surga, namun dalam zaman yang akan datang kita akan diberi pahala berupa manifestasi Kerajaan Surga. Sebaliknya, jika kita tidak tinggal dalam kebenaran, kita akan berada di luar kerajaan. Kerajaan mutlak adalah masalah kebenaran (Rm. 14:17). Di dalam kerajaan tidak terdapat kesalahan, ketidakadilan, maupun perkara-perkara kegelapan; segala sesuatunya benar dan terang. Inilah hakiki kerajaan.
Ketika kita miskin di dalam roh, Kerajaan Surga akan masuk ke dalam kita; dan ketika kita tinggal dalam kebenaran, Kerajaan Surga akan berdiam di dalam kita. Namun, jika kita ingin tinggal dalam kebenaran, bersiaplah menghadapi penganiayaan. Apakah yang membuat kita bertahan dalam penganiayaan? Dua Korintus 4:9a mengatakan, “Kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian.” Walau ada aniaya, janganlah kecewa atau tawar hati. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Kasih karunia-Nya senantiasa menyertai dan menunjang kita. Kekuatan inilah yang sanggup membuat kita bertahan dalam penganiayaan dan setia sampai akhir (Why. 2:10).

Doa:
Tuhan Yesus, jadikan aku seorang pembawa damai sejahtera. Aku mau setiap orang yang berjumpa denganku merasakan damai sejahtera. Jadikanlah aku berkat bagi orang-orang di sekitarku agar aku bisa memimpin mereka kepada-Mu. Aku ingin kehidupanku menjadi kesaksian yang baik, yang menuntun banyak jiwa kepada keselamatan.

No comments: