Hitstat

24 June 2007

Matius Volume 3 - Minggu 2 Senin

Kemurahan dan Kemurnian Hati
Matius 5:7
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.

D.L. Moody adalah salah satu teladan dari seorang yang murah hati. Tidak lama setelah Moody wafat, sebuah surat kabar memuji dia dengan kata-kata: “D.L. Moody benar-benar seorang tetangga yang baik hati. Ia selalu bersimpati kepada siapa saja yang sakit atau yang dalam kesusahan. Sayur mayur di kebunnya dan buah-buahan dari kebun buahnya sering diberikan kepada banyak keluarga yang miskin. Dan ia pun mendorong istri dan anak-anaknya menolong orang-orang sakit dan miskin di berbagai tempat di kota tempat ia tinggal.” Kehidupan D.L. Moody telah meninggalkan sebuah kesaksian yang baik bagi banyak orang, yakni kemurahan hati.
Allah kita bukanlah Allah yang kikir, melainkan Allah yang murah hati. Ia memberikan segala sesuatu untuk dinikmati manusia. Allah menyatakan diri-Nya dengan berbagai perbuatan baik, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur, memuaskan hati dengan makanan dan kegembiraan (Kis. 14:17). Segala sesuatu adalah pemberian-Nya, bahkan diberikan-Nya dengan cuma-cuma. Allah memberi kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit (Yak. 1:5).
Sebagaimana Allah telah bermurah hati terhadap kita, Ia pun menghendaki kita bermurah hati terhadap orang. Matius 5:7 mengatakan, “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” Demi Kerajaan Surga, kita bukan hanya perlu bersikap adil atau benar, melainkan juga bermurah hati. Jika kita bermurah hati kepada orang lain, Tuhan akan bermurah hati kepada kita (2 Tim. 1:16, 18), terutama di takhta penghakiman-Nya kelak (Yak. 2:12-13). Allah senang kalau kita hidup oleh hayat-Nya, menjadi anak-Nya, dan bermurah hati terhadap orang sesuai dengan kasih-Nya. Bersandarkan hayat-Nya, kita pasti mampu bermurah hati kepada sesama.

Mat. 5:7-8; Kis. 14:17; 23:1; 1 Kor. 10:31; 2 Tim. 1:3

Matius 5:8 mengatakan, “Berbahagialah orang yang suci (murni, Tl.) hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Benar adalah terhadap diri sendiri; bermurah hati adalah terhadap orang lain; sedangkan hati yang murni adalah terhadap Allah. Terhadap diri sendiri, kita harus serius dan ketat. Terhadap orang lain, kita harus bermurah hati, memberikan lebih banyak daripada yang layak mereka terima. Terhadap Allah, hati kita harus murni, tidak menuntut apa pun selain Dia. Allah akan menjadi pahala kita. Tidak ada pahala yang lebih besar daripada Allah sendiri.
Hati yang murni berarti hanya memiliki satu tujuan, satu sasaran, yaitu merampungkan kehendak Allah bagi kemuliaan Allah (1 Kor. 10:31). Ini adalah untuk Kerajaan Surga. Roh kita adalah organ untuk menerima Kristus (Yoh. 1:12; 3:6), sedangkan hati kita adalah tanah tempat Kristus bertumbuh sebagai benih hayat (Mat.13:19). Demi Kerajaan Surga, kita perlu miskin di dalam roh, kosong di dalam roh, agar kita dapat menerima Kristus. Demikian pula, kita perlu hati yang murni, memiliki satu tujuan, agar Kristus dapat bertumbuh di dalam kita tanpa halangan. Jika hati kita murni dalam mencari Allah, kita akan melihat Allah. Melihat Allah adalah pahala bagi orang yang murni hatinya. Berkat ini untuk hari ini, juga untuk zaman yang akan datang.
Dalam pengalaman rohani, hati yang murni juga meliputi memiliki hati nurani yang murni. Paulus adalah seorang yang hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah (Kis. 23:1). Bila hati nurani kita tidak murni, kita tak dapat memiliki keberanian untuk menghadap Allah. Begitu kita tak memiliki keberanian untuk menghadap Allah, segera itu pula hubungan atau persekutuan kita dengan Dia akan terhambat. Ketidakmurnian hati nurani paling mudah menghambat persekutuan kita dengan Allah. Jika kita tidak menurut perintah-Nya dan melakukan segala yang berkenan kepada-Nya, dengan sendirinya hati kita akan tertegur, bercela, tidak murni, dan merasa gentar ketika mendekati Dia, sehingga apa yang kita minta tidak akan kita peroleh dari Dia. Hanya “hati nurani yang murnilah” yang dapat “melayani Allah” (2 Tim. 1:3). Inilah jalan yang harus kita tempuh untuk melihat Allah.

Doa:
Tuhan, sebagaimana Engkau telah bermurah hati kepadaku, biarlah aku juga demikian menaruh kemurahan hati terhadap sesamaku manusia. Ampunilah aku bila selama ini sering menghakimi saudaraku tatkala mereka lemah dan jatuh. Terangilah aku agar aku sadar bahwa aku pun wajib bermurah hati terhadap semua orang.

No comments: