Hitstat

20 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 1 Kamis

Mengambil Rupa Seorang Hamba
Filipi 2:7
Melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Ayat Bacaan: Flp. 2:7; 1 Ptr. 5:5

Kelahiran Tuhan Yesus di atas bumi adalah kedatangan Allah. Dia tidak mempertahankan kekuasaan-Nya sebagai Allah, tetapi sebaliknya Dia mengambil keterbatasan manusia, bahkan keterbatasan sebagai seorang hamba. Dia mengarahkan hati-Nya untuk mengambil rupa seorang hamba, rela dibatasi oleh ruang dan waktu. Ketika Tuhan datang ke bumi, Ia telah menuangkan, mengosongkan kemuliaan, kekuasaan, derajat, dan rupa ke-Allahan-Nya.
Di dalam ayat ini terdapat frase, “…mengosongkan diri-Nya...”. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa sikap yang Dia tampilkan sebagai seorang hamba adalah menanggalkan rupa, ekspresi lahirah dari ke-Allahan-Nya. Dia mengesampingkan semua apa yang dimiliki-Nya. Dia adalah Allah yang penuh dengan kuasa, mampu dan berhak melakukan apapun, bebas bertindak seturut kehendak hati-Nya. Tetapi Dia sangat menyadari posisi-Nya sebagai manusia adalah seorang hamba. Seorang hamba tidak bisa bertindak bebas, melainkan dibatasi. Inilah teladan Tuhan kita.
Pernahkah timbul pertanyaan dalam benak kita, mengapa Tuhan mau dan rela menempuh jalan yang demikian? Menjadi seorang hamba yang menurut pandangan umum adalah rendah, tidak dipandang, bahkan dikucilkan. Jawabannya adalah karena Dia begitu mengasihi kita. Demi mendapatkan hati kita dan untuk menyelamatkan kita, Dia rela merendah sedemikian. Pertanyaannya, bagaimanakah respon kita hari ini terhadap-Nya? Adakah kita hati yang mendambakan dan mencari Dia?
Saudara saudari, baiklah kita mengikuti teladan-Nya, menjadikan-Nya pola dalam kehidupan kita. Dimulai dari kehidupan kita sehari-hari, belajar memiliki hati yang merendah dan memperhatikan kepentingan orang lain. Seperti dalam 1 Petrus 5:5, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati.” Inilah yang diperkenan oleh Allah. Yang Tuhan perkenan adalah bagaimana hati dan sikap kita. Kita perlu memiliki hati dan sikap yang merendah. Kiranya kita mau terus melatih diri kita, belajar semakin mengenal dan mengikuti Dia sebagai teladan kita.

No comments: