Hitstat

10 December 2011

2 Korintus - Minggu 11 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 5:16; Why. 22:17


Kemuliaan dari perjanjian yang baru ini adalah realitas dari Kristus yang bangkit, yang sekarang adalah Roh pemberi-hayat yang almuhit yang menghuni roh kita. Kita perlu memperhidupkan Kristus yang bangkit ini dengan hidup dan berperilaku setiap hari bahkan setiap saat di dalam roh kita. Di satu pihak, kita perlu hidup di dalam roh; di pihak lain, kita perlu membiarkan Roh pemberi-hayat menjenuhi seluruh diri kita. Roh ini bukan hanya harus meresapi bagian batin kita; bahkan harus menjenuhi tubuh jasmani kita dan membuatnya menjadi anggota-anggota Kristus. Inilah memperhidupkan Kristus, yaitu memancarkan kemuliaan dari perjanjian yang baru.

Jika kita memperhidupkan Kristus dengan memancarkan Dia dalam kebangkitan, maka ke mana saja kita pergi, kita akan bercahaya. Ketika orang lain bertemu dengan kita, mereka akan merasakan bahwa pada kita ada semacam pancaran. Orang-orang tua akan merasakan bahwa pada anak-anaknya ada cahaya yang terang dari Kristus dalam kebangkitan.

Memperhidupkan Kristus dengan memancarkan kemuliaan-Nya dalam kebangkitan itu sangat berbeda dengan hanya berusaha memperbaiki perilaku kita secara lahiriah. Memperhidupkan Kristus dengan memancarkan Dia tidak sama dengan berusaha menjadi seorang istri yang taat atau menjadi seorang suami yang penuh kasih. Seorang yang etis mungkin berusaha menjadi seorang istri atau suami yang demikian. Namun, itu bukanlah memancarkan kemuliaan dari perjanjian yang baru.

Seseorang mungkin menempuh satu kehidupan yang etis dengan mengikuti ajaran-ajaran budi pekerti. Namun, itu mutlak berbeda dengan apa yang diwahyukan dalam Alkitab mengenai memperhidupkan Kristus. Wahyu dalam Perjanjian Baru adalah kita memperhidupkan Kristus, bukan hanya agar kita memiliki perbaikan lahiriah dari perilaku kita. Lagi pula, dari 2 Korintus 3 kita dapat melihat bahwa memperhidupkan Kristus adalah memancarkan Kristus.

Hari ini Kristus dalam kebangkitan sebagai Roh pemberi-hayat menghuni roh kita. Ini adalah satu realitas. Kristus sebagai Roh pemberi-hayat bukanlah satu doktrin, teori, filsafat, atau sistem etika belaka. Dia adalah Allah Tritunggal yang hidup sebagai Roh yang almuhit untuk menjadi hayat dan suplai hayat kita. Dia ingin menjenuhi diri kita, termasuk pikiran kita dengan semua pemikirannya, emosi kita dengan semua perasaannya, dan tekad kita dengan semua ketentuan, ketetapan, dan keputusannya. Dia bahkan damba menjenuhi tubuh jasmani kita, membuat tubuh kita menjadi sehat, kuat, dan hidup, dan membuatnya menjadi anggota-anggota Kristus (1 Kor. 6:15). Dijenuhi dengan Roh pemberi-hayat secara demikian adalah memperhidupkan Kristus.

Memperhidupkan Kristus melalui dijenuhi dengan Dia dan memancarkan Dia sangat berbeda dengan menempuh kehidupan yang etis dan bermoral. Memperhidupkan Kristus dengan cara ini jauh lebih tinggi daripada etika dan moralitas manusia. Memperhidupkan Kristus adalah perkara Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi suplai hayat kita untuk menjenuhi seluruh diri kita supaya kita dapat memperhidupkan Dia dari dalam kita. Kehidupan ini adalah pancaran kita dan juga pancaran kemuliaan Kristus. Kehidupan ini adalah kesaksian Yesus, ekspresi riil Allah Tritunggal dalam satu gereja lokal. Inilah yang dituntut oleh Allah Tritunggal, yaitu Tuhan Roh, pada hari ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 22

No comments: