Hitstat

04 May 2005

1 Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Rabu

Mengampuni Dan Menyucikan
1 Yohanes 1:9
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (ketidakbenaran)."

Ketidakbenaran dan dosa-dosa adalah sinonim. Semua ketidakbenaran adalah dosa (5:17). Dosa-dosa menunjukkan kesalahan perilaku kita terhadap Allah dan manusia; ketidakbenaran menunjukkan noda kesalahan perilaku kita, yang menyebabkan kita tidak benar terhadap Allah atau manusia. Kesalahan memerlukan pengampunan Allah, dan noda memerlukan penyucian-Nya.
Allah sangat mengharapkan secepat mungkin mengampuni dosa manusia. Dalam cerita anak yang hilang, apakah anak yang hilang itu berlari kepada bapanya? Tidak. Bapa itulah yang berlari. Dari tindakan ini, kita nampak, bahwa hati bapa yang mau mengampuni anaknya melebihi hati anak yang ingin mendapat pengampunan. Ciuman bapa kepada anaknya, pelukan bapa terhadap anaknya, semuanya memberitahu kita, bahwa orang dosa yang berpaling kepada Allah sangat diperkenan Allah. KasihNya terhadap orang yang dibeli-Nya, jauh melebihi kasih kita terhadap diri kita sendiri. Sebelum kita selesai mengakui dosa-dosa kita, Ia sudah mengampuni kita.
Menurut 1 Yohanes 1:7, darah Yesus membersihkan kita dari segala dosa. Sesungguhnya ada dua macam pembersihan dengan darah Tuhan. Pertama, di hadapan Allah darah penebusan telah membersihkan kita sekali untuk selamanya (Ibr.9:12,14), dan pembersihan ini kekal selamanya. Kedua adalah pembersihan darah Tuhan secara instan (seketika) dan konstan di dalam hati nurani kita.

Aku Orang Berdosa
1 Yoh. 1:8, 10; Ef. 1:13; Yoh. 17:17

Satu Yohanes 1:8 mengatakan, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” Ayat ini membuktikan bahwa setelah dilahirkan kembali, di dalam diri kita masih ada kemungkinan berbuat dosa.
Satu Yohanes 1:10 mengatakan, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.” Ayat ini membuktikan lebih lanjut bahwa kita masih bisa berbuat dosa di luaran, meskipun bukan kebiasaan berdosa. Kita masih bisa berbuat dosa dalam perilaku luaran, karena kita masih memiliki dosa dalam sifat kita. Kedua hal itu menegaskan keadaan kita yang berdosa setelah kelahiran kembali. Ketika membicarakan keadaan semacam itu, rasul memakai kata ganti orang “kita’, berarti dia tidak menganggap dirinya sebagai pengecualian.
Kata “firman-Nya” dalam ayat 10 sinonim dengan kata “kebenaran” dalam ayat 8, yaitu perkataan wahyu Allah atau firman kebenaran (Ef. 1:13; Yoh. 17:17). Firman kebenaran ini menyampaikan isi rencana (ekonomi) Perjanjian Baru Allah. Dalam perkataan ini, Allah menyingkapkan keadaan kita sebenarnya yang berdosa, baik sebelum maupun sesudah dilahirkan kembali. Meskipun kita telah memiliki hayat ilahi, kita masih tetap berkemungkinan berbuat dosa, jika kita tidak hidup berdasarkan hayat ilahi dan tinggal dalam persekutuan-Nya.
Jika kita mengatakan bahwa setelah dilahirkan kembali kita tidak bisa berdosa lagi, kita membuat Allah menjadi pendusta, dan menyangkal perkataan wahyu-Nya. Ini juga adalah penentangan yang luar biasa terhadap firman-Nya, dan adalah penyangkalan besar-besaran terhadap karya Tuhan, bagaimana Ia telah berinkarnasi, menderita, berdarah, dan mati untuk membereskan dosa dan dosa-dosa kita.
Meskipun kita masih bisa berbuat dosa lagi, kita tidak seharusnya putus asa. Karya penyelamatan Tuhan Yesus sudah rampung, karya-Nya telah membereskan masalah perbuatan dosa kita baik yang kita lakukan sebelum dilahirkan kembali maupun setelah dilahirkan kembali. Puji Tuhan.

No comments: