Hitstat

27 May 2005

1 Yohanes Volume 2 - Minggu 2 Jumat

Pengajaran Pengurapan Minyak (1)
1 Yohanes 2:27
"Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu — dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta — dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia."

Pengajaran pengurapan minyak berasal dari pengurapan minyak dan merupakan hasil yang terjadi dengan sendirinya karena kita diurapi. Ketika minyak urapan bergerak di dalam kita, pada satu pihak, ia mengurapkan Allah kepada kita, dan di pihak lain, ia mewahyukan pikiran Allah kepada kita. Sekali kita memiliki perasaan pengurapan di dalam kita, pikiran kita mampu mengerti sebagian (sedikit) pikiran (maksud) Allah dalam perasaan pengurapan ini. Kita dapat mengetahui apa yang menyenangkan (diperkenan) oleh-Nya dan apa yang tidak disenangi-Nya. Pemahaman atau pengenalan ini adalah pengajaran yang kita dapatkan dari pengurapan. Oleh karena itu, pengajaran pengurapan memiliki dua aspek: pertama, melalui pengurapan, kita mendapatkan diri Allah sendiri lebih banyak; kedua, melalui pengajaran, kita mengenal pikiran (maksud)-Nya dan hidup di dalam-Nya. Ini sama seperti ilustrasi pengecatan. Ketika kita mengecat suatu perabot, baik cat maupun warnanya dioleskan. Penekanan kita adalah untuk mengoleskan cat itu, tetapi sekali kita mengoleskan cat itu, secara alamiah warnanya muncul. Mengecat adalah tujuan utamanya; mendapatkan warnanya itu sekunder. Demikian juga, ketika Roh Kudus mengurapi kita, tujuan utamanya adalah untuk mengecat-kan Allah ke dalam kita. Sekali Allah dicat­kan di dalam kita, secara spontan kita mengenal pikiran-Nya. Oleh karena itu, pengajaran pengurapan adalah salah satu dari fungsi pengurapan.

Pengajaran Pengurapan Minyak (2)
1 Yoh. 2:27

Pengajaran pengurapan mencakup tiga hal: minyak urapan, pengurapan, dan pengajaran. Minyak urapan adalah Roh Kudus, pengurapan adalah pergerakan Roh Kudus, dan pengajaran adalah pemahaman pikiran kita terhadap pergerakan ini.
Pengertian kita yang dahulu mengenai pengajaran pengurapan adalah hanya untuk menemukan pengajaran itu sendiri. Dengan kata lain, kita hanya memperhatikan apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan; jika kita mematuhi, kita akan merasa damai; jika tidak, kita akan merasa tidak damai. Dalam pengajaran ini, kita dan Roh Kudus tetap merupakan dua entitas yang terpisah, tidak memiliki hubungan atau perbauran apapun. Pengenalan semacam ini tidak cukup dan tidak sesuai dengan prinsip Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama, Allah mewahyukan kehendak-Nya kepada manusia terpisah dari diri-Nya sendiri. Manusia hanya dapat mengenal kehendak Allah, tapi tidak dapat memperoleh diri Allah sendiri. Tetapi, dalam wahyu Perjanjian Baru, Allah dan kehendak-Nya tidak terpisahkan. Dalam Perjanjian Baru, Allah mewahyukan kehendak-Nya kepada manusia dalam diri-Nya sendiri. Untuk mengenal kehendak Allah, pertama-tama manusia harus memiliki diri Allah sendiri. Oleh karena itu, ini bukan hanya sekedar masalah pengetahuan kita, tetapi juga masalah perbauran Roh Kudus dengan kita.
Jika Roh Kudus hanya memberi kita pengajaran-Nya, kita dapat mematuhi atau tidak mematuhi. Jika kita mematuhinya, kita mendapat pengajaran-­Nya; jika tidak, kita tidak mendapatkannya. Tetapi jika Roh Kudus sebagai minyak urapan mengurapi kita untuk mengajar kita, kepatuhan kita tidak penting untuk-Nya. Ia telah mengurapi kita dengan sesuatu entah kita mematuhi pengurapan-Nya atau tidak. Jika kita patuh, Ia telah mengurapi kita; jika kita tidak patuh, Ia tetap telah mengurapi kita. Kita mungkin tidak menaati pengajaran pengurapan, tetapi kita tidak bisa menghilangkan (menghapus) pengurapan itu. Kita mungkin tidak menaati pengajaran itu, tetapi elemen yang telah diurapkan ke dalam kita tetap ada, bahkan aktif, sampai kita bisa menaati-Nya.

No comments: