Hitstat

20 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 1 Sabtu

Makhluk (Jiwa) Yang Hidup
Kejadian 2:7
“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk (jiwa - TL.) yang hidup.”

Dari ayat di atas, kita tahu bahwa manusia juga memiliki jiwa. Jiwa adalah kesadaran diri seseorang. Manusia dapat merasakan eksistensi dirinya sendiri, karena adanya fungsi jiwa. Jiwa tak lain adalah organ kepribadian manusia dan menjadi pusat kepribadian manusia. Itulah sebabnya, Alkitab sering menyebut manusia sebagai “jiwa” (Kej. 46:27).
Ada tiga unsur utama dalam jiwa seorang manusia, yaitu: tekad, pikiran, dan emosi. Tekad ialah untuk memberi keputusan, yakni daya pemastian kita yang menyatakan mau atau tidak. Tanpa tekad, manusia akan menjadi sebuah mesin. Pikiran adalah untuk menerbitkan angan-angan (pemikiran), yaitu intelek, kepandaian kita, pengetahuan serta segala yang menggunakan hati, berasal dari pikiran ini. Tanpa pikiran, manusia akan menjadi bodoh. Emosi ialah untuk menimbulkan rasa suka, benci, dan perasaan manusia. Kita bisa mengasihi, membenci, suka, duka, marah, atau sedih, semua itu adalah fungsi emosi. Tanpa emosi, manusia akan seperti kayu atau batu, tanpa perasaan.
Jiwa boleh dikatakan adalah majikan dari diri seseorang, sebab tekad manusia merupakan salah satu bagian dari jiwa. Menurut pengaturan Allah, rohlah yang tertinggi, ia seharusnya memerintah seluruh diri manusia. Namun tekad — bagian penting dari kepribadian manusia — adalah milik jiwa. Tekad manusia (jiwa) memiliki hak penuh untuk berkuasa sendiri, untuk menentukan mana yang harus memerintah — roh, tubuh, ataukah egonya sendiri. Karena jiwa demikian berkuasa, menjadi organ kepribadian seorang manusia, maka Alkitab menyebut manusia sebagai “satu jiwa yang hidup”.

Membedakan Roh dan Jiwa
1 Tes. 5:23; Ibr. 4:12

Satu Tesalonika 5:23 mengatakan, “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, (dan—TL.) jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Ayat ini menjelaskan adanya perbedaan antara roh dengan jiwa. Jika tidak, tentu tidak dikatakan “roh dan jiwa,” melainkan cukup dengan “jiwa” saja.
Apa konsekuensi dari membedakan roh dengan jiwa? Konsekuensinya sangat besar, sebab hal ini sangat mempengaruhi kehidupan rohani orang Kristen. Jika orang Kristen tidak mengetahui sampai di mana batasan roh, bagaimana ia dapat memahami kehidupan rohani? Jika tak dapat memahami, bagaimana bisa memiliki kehidupan rohani yang bertumbuh? Karena orang beriman tidak membedakan atau tidak tahu bagaimana membedakan roh dengan jiwa, maka kerohaniannya tak dapat bertumbuh besar dan mencapai kedewasaan. Tambahan pula, ia akan sering keliru, mengira yang jiwani itu rohani, sehingga akan berlarut-larut tinggal dalam kehidupan yang jiwani, tanpa menuntut yang rohani. Jika kita mencampur-aduk yang dipisahkan Allah, kita akan dirugikan.
Dalam kehidupan rohani, pengetahuan rohani sangat besar pengaruhnya. Namun selain itu ada satu hal yang terpenting, yakni apakah kita mau merendahkan hati dan menerima pengajaran Roh Kudus. Jika mau, Roh Kudus akan memberikan pengalaman membedakan roh dengan jiwa kepada kita, walaupun kita belum tentu memiliki pengetahuan atas kebenaran tersebut. Jadi, mungkin saja kita sama sekali tak berpengetahuan dalam hal membedakan roh dengan jiwa, namun kita memiliki pengalaman membedakan keduanya; sebaliknya, mungkin saja kita mengetahui sepenuhnya tentang kebenaran perbedaan roh dengan jiwa, tetapi kita sama sekali tidak pernah mengalaminya. Jadi yang paling baik ialah tidak hanya memiliki pengetahuannya, tetapi juga memiliki pengalamannya.
Allah telah menetapkan agar setiap orang Kristen harus bertindak menurut roh. Orang Kristen tidak seharusnya bertindak menurut jiwa, artinya ia tidak seharusnya bertindak menurut angan-angan, perasaan, dan kegemaran diri sendiri, sebab semuanya itu milik jiwa. Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang berasal dari jiwa adalah milik ciptaan lama dan sama sekali tidak bernilai rohani.
Bagaimanakah bertindak menurut roh? Kita perlu memperhatikan dan menaati ketiga bagian dari roh kita, hati nurani, persekutuan, dan intuisi.

Penerapan:
Khususnya dalam mengambil keputusan, kebanyakan orang hanya memikirkan keuntungannya sendiri. Belajarlah untuk terlebih dahulu mengingat Tuhan, bertanyalah kepada Tuhan, mana yang Tuhan perkenan sehingga keputusan yang kita buat bisa serasi dengan isi hati-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan, aku manusia yang jatuh, suka memberontak, dan tidak tunduk kepada-Mu. Tuhan taklukkan tekadku, agar rohlah yang memerintah seluruh diriku. Ingatkan aku ketika aku tidak hidup dengan rohku.

No comments: