Hitstat

27 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 2 Sabtu

Kejadian 2:14
“Nama sungai ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai keempat ialah Efrat.”

Cabang ketiga ialah Tigris yang berarti “cepat deras”, dan mengandung arti “kekuatan” (Flp. 3:10; Ef.1:19-20). Air yang mengalir dengan deras mempunyai kekuatan. Tigris mengalir menuju Asyur, yang berarti “datar, tempat yang boleh dijadikan tempat kediaman”. Ini memberi tahu kita bahwa pengaliran air hayat mencapai tempat yang dihuni oleh manusia (Yoh. 10:10b; 7:37). Cabang keempat ialah Efrat yang berarti “harum”, “subur”, “berbuah lebat” (bd. 2 Kor. 2:14; 2 Ptr. 1:3-8, 11; Gal. 5:22-23). Puji Tuhan! Cabang terakhir dari aliran air hayat membuat kita harum, subur, dan berbuah lebat. Bagaimanakah kita dapat berbuah? Kita hanya dapat berbuah dengan adanya aliran sungai hayat di dalam kita. Selama hayat mengalir di dalam, kita akan harum, subur, dan berbuah lebat. Hal ini sangat baik!
Jika kita menyatukan keempat cabang dari satu sungai itu, kita akan memperoleh gambaran yang lengkap mengenai Perjanjian Baru. Segala sesuatu yang terdapat dalam Kitab Kejadian adalah benih, pertumbuhannya terjadi di dalam kitab-kitab berikutnya dalam Alkitab, dan hasil tuaiannya di dalam Kitab Wahyu. Allah dalam Putra-Nya, Yesus Kristus, adalah hayat bagi kita dalam bentuk makanan. Jika kita makan Dia, kita tidak saja mempunyai kepuasan, bahkan hayat ini akan menjadi sungai yang mendiris di dalam kita. Air ini akan menjadi aliran yang deras di dalam kita untuk melahirkan kita kembali, mengubah kita, dan membuat kita harum serta berbuah lebat. Demi aliran ini kita akan menjadi emas, mutiara, dan batu permata, bagi pembangunan tempat kediaman Allah — Yerusalem Baru. Puji Tuhan! Inilah jalan Allah mencapai tujuan kekal-Nya.

Taman Dan Kota
Kej. 2:10; Why. 21-22

Keseluruhan Alkitab adalah wahyu Allah, dan sebagian besar benih-benih wahyu ini ditaburkan dalam Kejadian pasal satu dan dua. Hampir segala sesuatu yang ditaburkan dalam Kejadian pasal satu dan dua dituai sebagai hasil tuaian dalam kitab Wahyu.
Dalam Kejadian pasal dua, ada pohon hayat di tengah-tengah taman. Kemudian ada sebuah sungai yang mengalir dan menghasilkan emas, damar bedolah (mutiara), dan batu krisopras. Latar belakang kesemuanya ini adalah sebuah taman, dan taman menunjukkan benda alami yang diciptakan oleh Allah. Di dalam taman kita dapat melihat pertumbuhan benda-benda ciptaan.
Ketika membaca sampai Wahyu 21 dan 22, kita tidak menjumpai taman lagi, melainkan kota. Kota bukan diciptakan, tetapi dibangun. Dalam Kejadian pasal dua terdapat ciptaan; dalam Wahyu 21 dan 22 terdapat bangunan. Dalam kota itu kita mempunyai pohon hayat. Jadi Alkitab memang diawali dan diakhiri dengan hayat. Lagi pula dalam kota itu kita melihat adanya sungai air hayat mengalir dari takhta Allah. Hal ini berhubungan dengan sungai yang ada di dalam taman. Dalam Kitab Wahyu kita melihat ada tiga golongan bahan-bahan berharga, bukan dalam keadaan alami, tetapi dibangun menjadi sebuah kota yang dibuat dari emas, mutiara, dan batu permata. Jadi, apa yang ditaburkan sebagai benih dalam Kejadian, telah matang dan dituai dalam Wahyu.
Pada permulaan Alkitab kita melihat sebuah taman. Pada akhir Alkitab kita melihat sebuah kota. Di antara taman dan kota harus melalui sebuah proses yang panjang, dan harus melalui penggenapan banyak pekerjaan. Namun benih-benih yang ditaburkan dalam taman menjadilah tuaian dalam kota. Benih ini meliputi pohoh hayat, sungai, dan tiga bahan berharga. Pada waktu dituai dalam kitab wahyu, bahan-bahan itu tidak lagi dalam bentuk asalnya di dalam sungai, melainkan telah menjadi suatu bangunan yang terbangun dengan sangat serasi. Yerusalem Baru adalah suatu bangunan dari emas, mutiara, dan batu permata. Karena itu, kota ini ialah susunan dari bahan-bahan berharga yang dulu dalam keadaan alami di taman. Dalam Kejadian, bahan-bahan itu tersebar di taman; tetapi dalam Wahyu, bahan-bahan itu telah terbangun menjadi sebuah kota. Kota yang terbangun ini sebenarnya merupakan hasil dari aliran air hayat yang terus menerus mengalir masuk ke dalam kaum beriman sehingga mengubah mereka menjadi bahan-bahan berharga bagi bangunan Allah.

Penerapan:
Selama hayat mengalir di dalam kita, kita akan menjadi harum, subur, dan berbuah lebat. Demikiankah keadaan kita? Kalau kita tinggal di dalam aliran sungai hayat, pastilah kita akan berbuah lebat. Tidak hanya demikian, kadar Allah akan lebih banyak ditambahkan ke dalam kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau menempatkan aku di dalam aliran sungai hayat-Mu. Aku damba manusia lamaku terkikis habis dan kadar-Mu bertambah di dalamku. Ubahlah aku sehingga menjadi bahan berharga bagi rumah-Mu.

No comments: