Hitstat

15 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 1 Senin

TUHAN (Yehova)
Kejadian 2:4
“Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN (Yehova) Allah (Elohim) menjadikan bumi dan langit.”

Elohim (1:1) adalah nama Allah dalam hubungannya dengan penciptaan, sedangkan Yehova 1) adalah nama Allah dalam hubungannya dengan manusia. Dalam Kejadian 2:4 ini, Allah disebut sebagai Yehova Elohim. Elohim berarti Allah sang Kuat dan Setia, sedangkan Yehova berarti “Aku adalah” (Kel. 3:14; bd. Yoh. 8:24, 28, 58 [“Akulah Dia” di Yoh. 8:24, 28, “Aku telah ada” di Yoh. 8:58 seharusnya diterjemahkan “Aku adalah”]), menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang ada dengan sendirinya dan kekal ada, Dia adalah yang “sudah ada, yang ada, dan yang akan datang” (Why.1:4). Nama Yesus juga berkaitan dengan Yehova, karena nama Yesus berarti keselamatan Yehova atau Yehova Juruselamat.
Bukankah luar biasa bahwa ketika Allah berkontak dengan kita, Ia memperkenalkan diri sebagai Yehova. Ini berarti Dia-lah sumber kita. Kita bergantung pada-Nya, karena Dia adalah Tuhan dan Allah kita, Dia juga adalah Juruselamat kita.
Kesalahan kita yang fatal adalah apabila kita hidup merdeka, bebas dari Allah. Sering kali kita menentukan kehidupan, langkah, dan tindakan kita sendiri. Tuhan adalah sumber kita, kita tidak boleh merdeka dan bebas dari Dia, sebaliknya kita harus tetap bergantung dan bersandar pada-Nya, dalam keadaan apa pun, di mana pun, dan kapan pun. Marilah kita belajar menempuh kehidupan yang bersandar.
1) Catatan: Dalam Alkitab terjemahan LAI, istilah TUHAN (semua huruf besar), dalam bahasa aslinya adalah Yehova.

Menciptakan Langit Dan Bumi; Menjadikan Bumi Dan Langit
Kej. 1:9-18, 31; 2:1-4

Kejadian 2:4 mencatat, “Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit”. Ada dua kata kerja yang dipakai di sini, yang satu adalah diciptakan dan yang lain adalah menjadikan. Menciptakan adalah menghasilkan sesuatu dari yang tidak ada; sedangkan menjadikan adalah menggunakan sesuatu yang sudah ada untuk menghasilkan sesuatu yang lain.
“Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.” Dalam frase ini, langit disebut lebih dulu. Ini berarti dalam kekekalan yang lampau, Allah menciptakan langit dulu baru bumi. Namun, frase selanjutnya mengatakan, “Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit”. Ini pasti terjadi setelah pemberontakan Iblis, yaitu ketika Allah melakukan pekerjaan pemulihan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa setelah pemberontakan Iblis, Allah memulihkan (menjadikan) bumi dulu baru langit. Hal ini sesuai dengan catatan dalam 1:9-18, Allah lebih dulu memulihkan daratan (bumi), baru kemudian benda-benda penerang di langit. Urutan ini sungguh bermakna, sesuai dengan pengalaman kita. Begitu beroleh selamat, kita ibarat tanaman yang tumbuh di sebidang tanah yang melambangkan Kristus (Kol. 2:7). Namun untuk bertumbuh, kita memerlukan terang yang lebih kuat, yakni Kristus (matahari), gereja (bulan), dan kaum saleh pemenang (bintang-bintang). Hal ini telah kita bahas dalam Arus Hayat Kitab Kejadian edisi “Pada Mulanya Allah Menciptakan Langit dan Bumi”.
Karya penciptaan Allah sebermula telah selesai pada Kejadian 1:1 dan pekerjaan pemulihan-Nya selesai pada Kejadian 1:31 (selama enam hari). Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu (Kej. 2:1-3). Kalau demikian, mengapa masih diperlukan catatan dalam Kejadian 2?
Melalui Kejadian pasal satu, Allah ingin menunjukkan hubungan manusia dengan makhluk ciptaan yang lain. Manusia adalah inti alam semesta. Sedangkan dalam Kejadian pasal dua, Allah ingin menunjukkan hubungan manusia dengan Allah. Allah akan mencurahkan berkat-Nya jika manusia bekerja sama dengan Allah, mengusahakan dan memelihara kasih karunia yang diberikan Allah. Selain itu, melalui pasal satu, Allah mewahyukan tujuan-Nya; sedangkan melalui pasal dua, Allah menunjukkan prosedur dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Itulah sebabnya setelah pencatatan dalam Kejadian pasal satu, masih perlu penjelasan lagi di pasal dua. Puji Dia untuk firman-Nya.

Penerapan:
Tuhan adalah sumber kita, kita tidak bisa merdeka dari Dia. Biarlah kita sepanjang hari ini melibatkan Tuhan dalam kehidupan, langkah, tindakan, dan perkataan kita melalui lebih banyak menyeru nama-Nya dan berbincang-bincang dengan-Nya. Biarlah Dia menjadi sang Pengambil Keputusan di dalam diri kita.

Pokok Doa:
Tuhan ampuni segala kekurangan, kelemahan, dan dosa-dosaku, yang merupakan sekatan antara Engkau dan aku. Tuhan aku mau bergantung pada-Mu, aku tidak mau merdeka. Tuhan jadilah Tuan dalam hidupku, dalam perbuatan, dan perkataanku. Aku tidak mau hidup di luar Diri-Mu.

No comments: