Hitstat

03 May 2012

Galatia - Minggu 3 Kamis

Pembacaan Alkitab: Gal. 2:1-14 Dalam Kitab Galatia kita nampak kesetiaan, kejujuran, keterbukaan, dan keberanian Paulus. Bersamaan dengan itu, ia pun memperlihatkan satu roh yang lemah lembut. Ia menunjukkan roh seperti itu dalam 6:1, di mana ia berkata bahwa siapa yang rohani harus memulihkan orang yang kedapatan melakukan pelanggaran dalam roh lemah lembut. Ketika menulis Surat Kiriman ini, Paulus berusaha memulihkan kaum beriman Galatia yang takluk oleh kelemahan mereka. Sudah tentu para penganut agama Yahudi dengan licik menunggangi kelemahan kaum beriman Galatia. Karena itu, Paulus menggunakan roh yang lemah lembut untuk memulihkan orang-orang yang telah melakukan pelanggaran. Di satu pihak ia sangat berani, di pihak lain ia sangat lemah lembut dalam roh. Dalam hal ini kita semua harus belajar kepada Paulus. Dalam menanggulangi masalah di Galatia, Paulus menghadapi situasi yang serius dan sangat sulit. Dalam 4:20 ia berkata bahwa ia telah habis akal terhadap orang-orang Galatia. Ia dibuat bingung, tidak tahu entah harus bagaimana menanggulangi kaum beriman yang telah menyimpang itu. Tetapi, walaupun Paulus sangat bingung, ia tidak bermain politik. Sebaiknya, ia tetap terus terang, jujur, dan berani. Dalam 1:18 Paulus berkata bahwa kepergiannya ke Yerusalem adalah untuk mengunjungi Kefas. Dalam 2:1-2 kita lihat setelah lewat 14 tahun ia pergi lagi ke Yerusalem berdasarkan wahyu. Bukan hanya Injil Paulus, bahkan kepergiannya ke Yerusalem pun dilakukan menurut wahyu Tuhan, bukan menurut organisasi atau sistem apa pun. Pergerakan dan kegiatan Paulus adalah menurut pimpinan Tuhan saat itu. Hal ini sekali lagi menunjukkan bahwa pemberitaan Injilnya bukan menurut pengajaran manusia, tetapi menurut wahyu Tuhan secara langsung. Kunjungan Paulus ke Yerusalem mengacu kepada waktu yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 15. Para penganut agama Yahudi menyuruh kaum beriman kafir menyunat diri mereka jika mereka ingin beroleh selamat, hal itu menimbulkan banyak keresahan. Mereka membuat sunat sebagai suatu syarat bagi keselamatan Allah yang kekal. Akibat dari hal itu sangatlah serius. Menurut wahyu, Paulus pergi ke Yerusalem untuk menanggulangi sumber masalah itu. Paulus ke Yerusalem bukan untuk menerima wahyu atau mempelajari ajaran baru. Sebaliknya, ia pergi ke sana berdasarkan wahyu untuk menanggulangi sumber masalah yang serius itu. Dalam 2:2 Paulus juga berkata, "Kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi - dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandang - supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha." Dalam berbuat demikian pun Paulus terkendali. Jika kita pergi ke Yerusalem dalam situasi demikian, boleh jadi kita akan pergi dengan gembar gembor. Mungkin kita akan memasang iklan, memberi tahu orang bahwa rasul orang kafir akan tiba. Inilah cara yang dipraktekkan kekristenan dewasa ini. Pemberitahuan datangnya seorang pengkhotbah atau penginjil terkenal dilakukan jauh sebelumnya agar meyakinkan dan menarik orang banyak. Cara Paulus sama sekali berbeda dengan cara kekristenan hari ini. Ia membentangkan Injilnya dalam percakapan tersendiri kepada orang-orang tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa ia pergi ke Yerusalem secara diam-diam tanpa bermaksud berbicara di hadapan khalayak ramai. Ia hanya ingin berkontak dengan para pemuka, para rasul, dan para penatua. Ini sesuai dengan catatan Kisah Para Rasul 15 yang berhubungan dengan catatan Galatia 2. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 6