Hitstat

05 June 2013

Efesus - Minggu 37 Rabu


Pembacaan Alkitab: Kol. 3:10-11


Kita tidak dapat mengekspresikan Kristus melalui mengoreksi atau memperbaiki diri sendiri. Melalui usaha yang demikian kita hanya dapat mengekspresikan karakter kita sendiri. Bila ingin mengekspresikan Kristus, perlu hayat Kristus. Kita perlu Kristus sebagai Roh yang hidup, untuk memperhidupkan diri-Nya sendiri dari batin kita. Ini bukan koreksi atau perbaikan lahiriah, melainkan pengalaman atas Kristus sebagai hayat batiniah kita. Kristus adalah Roh pemberi-hayat yang hidup di batin kita dan diperhidupkan dari batin kita. Inilah yang menjadikan kita Tubuh-Nya untuk ekspresi-Nya. Apa yang kita ekspresikan sebagai Tubuh Kristus itu bukanlah karakter kita, melainkan Kristus sendiri sebagai hayat.

Sebagai manusia baru, gereja tidak saja perlu hayat, juga perlu Kristus sebagai persona. Sebatang pohon hanya mempunyai hayat, tidak mempunyai persona, tetapi seorang manusia harus memiliki hayat dan persona. Gereja tidak saja memiliki Kristus sebagai hayat, juga memiliki Kristus sebagai persona. Karena itu, Tuhan Yesus hari ini tidak saja sebagai hayat gereja, juga sebagai persona gereja. Untuk memiliki hidup gereja, kita semua harus menerima Kristus sebagai persona kita. Tetapi, bila kita masing-masing mempertahankan persona kita sendiri, kita akan tersingkir dari hidup gereja.

Aspek gereja sebagai mempelai perempuan Kristus ini menyiratkan kasih. Pernikahan merupakan masalah kasih, dan kehidupan pernikahan tergantung pada kasih. Jika seorang suami dan istri tidak dapat saling mengasihi, sulit bagi mereka untuk tinggal bersama. Tidak perlu diragukan, Adam dengan Hawa saling mengasihi. Karena kasih inilah, maka mereka menjadi satu. Hari ini, antara Kristus dan gereja terdapat kasih yang timbal balik. Kita tidak saja memiliki Dia sebagai hayat dan persona kita, tetapi juga menikmati kasih yang timbal balik ini. Kristus damba menunjukkan kasih-Nya kepada gereja, dan gereja menanggapi dengan mengatakan kepada Tuhan betapa ia mengasihi-Nya. Apa saja yang kita lakukan untuk Tuhan, kita lakukan dengan senang hati dan kerelaan yang timbul dari kasih kita kepada-Nya. Bila Anda mengasihi seseorang, Anda pasti senang melayani dia. Pelayanan Anda bukan karena kebutuhan, melainkan karena kasih. Sebagai gereja, kita wajib menunjukkan bahwa kita mengasihi Tuhan, dan karena kasih kita kepada-Nya, kita melayani Dia dengan senang hati. Inilah aspek gereja sebagai mempelai perempuan Kristus.

Seperti telah kita tunjukkan, kita juga sebagai Kerajaan Allah. Di dalam gereja, kita semua berada di bawah pemerintahan, wewenang, dan pengaturan Allah. Kita bukan orang yang tidak berhukum. Sebaliknya, kita dengan spontan diperintah secara menyenangkan dan dengan kasih. Walaupun dalam gereja ada para penatua, mereka tidak mengekang kaum saleh. Sebaliknya semua orang saleh dengan senang hati tunduk kepada pengaturan Allah. Inilah gereja sebagai Kerajaan Allah. Jika semua rakyat di negara ini hidup secara demikian, musuh akan ditaklukkan sepenuhnya.

Selain itu, gereja adalah tempat kediaman Allah dalam roh. Bila kita tidak berada dalam roh kita, kita akan kehilangan gereja sebagai tempat kediaman Allah secara praktis. Namun, kapan saja kita beralih ke roh kita, kita akan merasa bahwa Allah memiliki satu tempat kediaman dalam roh kita. Tempat kediaman ini adalah untuk perhentian Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 4, Berita 74

No comments: