Hitstat

01 July 2016

1 Petrus - Minggu 17 Jumat



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 5:6-7
Doa Baca: 1 Ptr. 5:7
Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu.


Penganiayaan bisa saja digunakan oleh Allah untuk membuat kita rendah hati. Sesungguhnya, Allah bisa menggunakan berbagai macam penderitaan untuk mencapai tujuan ini. Ketika kita mengalami hal-hal yang baik, kita mungkin menjadi congkak, tetapi penderitaan atau aniaya mungkin membantu kita menjadi rendah hati. Sebagai contoh, seorang saudara mungkin menjadi rendah hati karena kehilangan pekerjaan. Seorang murid mungkin menjadi rendah hati karena memperoleh nilai yang rendah. Jika murid ini memperoleh nilai yang tinggi, mungkin ia akan merasa agak hebat. Tetapi jika ia mendapat nilai yang rendah, ia mungkin akan rendah hati.

Saya akan menegaskan satu fakta bahwa dalam ayat 6 Petrus menyuruh kita "rendah hati". Kita tidak dapat rendah hati, perlu Allah membuat kita menjadi rendah hati. Namun, kita perlu bekerja sama dengan pekerjaan Allah. Artinya, kita harus rela tunduk di bawah tangan Allah yang kuat, menjadi rendah hati.

Petrus berkata, jika kita tunduk di bawah tangan Allah yang kuat, pada waktunya, Ia akan meninggikan kita. Tunduk di bawah tangan Allah yang kuat, rela direndahkan, adalah menerima cara yang membuat Allah mendapatkan kehormatan dan kemuliaan, yang memberi-Nya kedudukan untuk meninggikan kita pada waktu-Nya. Rela direndahkan oleh tangan Allah yang merendahkan dalam pendisiplinan-Nya adalah syarat mutlak untuk ditinggikan oleh tangan Allah yang meninggikan dalam pemuliaan-Nya. Di sini kita mempunyai cara yang membuat Allah mendapatkan kemuliaan dan hormat, tangan Allah yang merendahkan dan tangan Allah yang meninggikan. Allah akan merendahkan atau meninggikan kita berdasarkan sikap kita. Kita mungkin mengambil satu cara yang memaksa Allah merendahkan kita, atau kita mungkin mengambil cara yang lain, cara yang memuliakan dan menghormati Allah, yang membantu Allah meninggikan kita pada waktunya. Frase "pada waktunya" dalam ayat 6 mengacu kepada waktu yang Allah anggap tepat untuk meninggikan kita.

Dalam ayat 7 Petrus melanjutkan, "Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu." Kata "menyerahkan" di sini berarti "melemparkan kepada", "berserah kepada". Penunjuk waktu dari kata kerja ini menyatakan tindakan yang dilakukan satu kali untuk selamanya. Frase "segala kekhawatiranmu" berarti seluruh kekhawatiranmu dalam seumur hidupmu, seumur hidup dengan segala kekhawatirannya. Kita perlu belajar melemparkan beban kekhawatiran kita kepada Allah. Mungkin beban itu sekarang berada di atas bahu kita, tetapi kita harus melemparkannya dari bahu kita kepada Allah.

Meskipun kata kerja "melemparkan" di sini menunjukkan tindakan sekali untuk selamanya, tetapi karena kelemahan kita, mungkin kita perlu sekali demi sekali melemparkan kekhawatiran kita kepada Allah. Kadang-kadang, kita melemparkan kekhawatiran kita kepada Allah, tetapi tidak lama kemudian secara diam-diam kita mengambilnya kembali. Begitulah pengalaman saya dulu. Saya telah melemparkan kekhawatiran saya kepada Tuhan, tetapi beberapa hari kemudian, saya merasa bahwa saya telah mengambilnya kembali, dan mulai lagi memikulnya sendiri. Karena itu, saya perlu berdoa, "Ya, Tuhan, ampuni aku karena telah mengambil kembali kekhawatiran ini dari Engkau. Sekali lagi aku melemparkan kekhawatiranku kepada-Mu."

Kita perlu belajar melemparkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan. Jika kita tidak melemparkan kekhawatiran kepada-Nya, kita tidak ada damai sejahtera. Mungkin anak di bawah umur 4 tahun tidak ada kekhawatiran. Tetapi, semakin besar kita, kekhawatiran semakin banyak, karena ada semakin banyak pesawat kekhawatiran menantikan hendak mendarat di pelabuhan udara kita. Lalu, kita harus begaimana? Meskipun tidak mudah, kita masih perlu melemparkan kekhawatiran kita kepada Tuhan. Jika kita menemukan bahwa kita mengambil kembali kekhawatiran yang telah kita lemparkan kepada Tuhan, kita harus sekali lagi melemparkannya kepada Tuhan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 33

No comments: