Hitstat

06 December 2005

Wahyu Volume 6 - Minggu 2 Selasa

Pendakwa & Pemfitnah
Wahyu 12:10b
“… karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”

Kata Yunani untuk Iblis adalah “diabolos”, yang berarti pendakwa atau pemfitnah. Iblis tidak saja mendakwa kita di hadapan Allah siang dan malam, tetapi juga memfitnah Allah di depan kita. Ketika Iblis pergi kepada Allah, di hadapan-Nya ia mendakwa kita seperti ia mendakwa Ayub (Ayb. 1:9-10). Tetapi ketika ia datang kepada kita, ia memfitnah Allah.
Sebagai pemfitnah, ia sering kali memfitnah Allah secara licik. Jangan kita kira fitnahnya itu kelihatan jelas. Contoh, ia memfitnah Allah dengan mengajukan pertanyaan di dalam kita, “Mengapa Allah memperlakukan aku demikian?” Jangan mengira pertanyaan itu timbul dari diri kita sendiri. Tidak, sebenarnya itu adalah perkataan Iblis di dalam kita. Pertanyaan yang meragukan firman Allah juga merupakan fitnah. Jika kita menerima fitnahan yang kecil, Iblis akan memberi yang lebih besar kepada kita. Lalu kita akan mulai berpikir bahwa mungkin Allah itu tidak setia. Betapa hebatnya fitnah itu! Kita harus melawan iblis dengan menolak segala fitnahannya yang menyerang pikiran kita, karena itu hanyalah tipuan dan kebohongan!
Satu kali tolakan kita, sudah cukup untuk mengakhiri pikiran iblis itu, tidak perlu menolak untuk kedua kalinya (Yak. 4:7). Satu kali tolakan memuliakan nama Allah. Tolakan kedua kalinya dalam kasus yang sama berarti meragukan firman Allah dan malah memberi kesempatan kepada Iblis untuk masuk lebih dalam. Sikap kita selamanya pada Iblis selalu: “Tidak!”. Namun, pada Bapa pasti: “Ya”.

Seteru
Why. 12:10
Naga besar itu juga disebut Satan. Dalam bahasa Yunani, kata Satan berarti “seteru”. Satan bukan hanya menjadi musuh Allah di luar Kerajaan Allah, juga menjadi seteru Allah di dalam Kerajaan Allah, memberontak kepada Allah. Musuh menunjukkan lawan di luar wilayah Allah; sedangkan seteru menunjukkan lawan di dalam wilayah Allah.
Satan pernah berada di dalam wilayah Allah; ia bukan orang luar. Karena itu, dari dulu sampai sekarang ia tetap seteru Allah. Di manakah seteru ini sekarang? Ia ada di dalam kita. Ia bukan saja musuh yang di luar, ia juga seteru yang di dalam. Melindungi diri terhadap musuh yang di luar jauh lebih mudah daripada melindungi diri terhadap seteru, karena seteru ada di dalam kita. Sering kali ia berpura-pura menjadi kita. Karena tidak menyadari bahwa sesungguhnya itu adalah dia, maka kita mengira itu adalah kita sendiri.
Sering kali ketika berbuat salah, kita tidak perlu menyalahkan diri begitu hebat. Sebaliknya katakanlah, “Satan, kamu harus menanggung kesalahan ini, karena kesalahan ini bukan kesalahanku, melainkan kesalahanmu.” Beranikah kita berkata demikian kepadanya? Jika kita tidak berani mengatakannya, maka kita telah ditipu. Dalam Matius 16:22 kita nampak bahwa Petrus telah tertipu. Petrus mengira dialah yang berbicara, namun sesungguhnya adalah Satan. Di sini Tuhan menyingkapkan si seteru, kata-Nya, “Enyahlah Iblis” (Mat. 16:23). Dalam pengalaman kita pun demikian, sering kali bukan kita yang melakukannya, melainkan Satan, seteru itu.
Dulu sebelum bertobat, kita tidak mau mengakui kalau kita itu jahat dan buruk. Tetapi setelah bertobat, diselamatkan, dan menerima anugerah, seteru yang licik itu datang kepada kita, menghasut, sehingga kita mengira bahwa diri kita demikian kotor dan buruk. Itulah pikiran si seteru yang ingin menipu dan melemahkan kita. Ingatlah bahwa naga besar yang disebut Iblis atau Satan sedang “menyesatkan seluruh dunia”. Tidak ada yang dikecualikannya, setiap orang ditipunya. Setiap orang di bumi, dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, dari yang paling besar hingga yang paling kecil, telah ditipu oleh Iblis.

Penerapan:
Ketika Iblis memberikan suatu pikiran yang melemahkan iman kita dan mempertanyakan Tuhan dan firman-Nya, kita harus berkata, “Saya tidak ingin hal itu.” Jika ia menginjeksikan pikiran yang lain lagi, kita harus berkata, ”Saya tidak terima hal ini!” Kita tidak dapat menghentikan burung-burung yang beterbangan di atas kepala kita, tetapi kita dapat mencegahnya membuat sarang di
kepala kita.

Pokok Doa:
Oh Tuhan Yesus, Engkaulah yang patut ku percaya. Selain diri-Mu, tiada yang bisa dipercaya. Karena itu, aku pun percaya terhadap firman-Mu sebagai “Ya” dan “Amin”.
Aku menolak segala fitnahan si ular tua terhadap diri-Mu. Tuhan, tudungilah aku senantiasa dengan darah-Mu.

No comments: